DUMAI – Dumai dikejutkan di tengah keheningan malam. Sirene kilang minyak PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU Dumai mendadak meraung nyaring, memecah kesunyian dan membangunkan warga dalam kepanikan.
Apa yang terjadi di balik suara alarm darurat itu? Ternyata, ada jejak mencurigakan yang mengarah pada percobaan pencurian kabel jaringan vital di dalam kompleks kilang, pada Selasa (29/7/2025) dini hari.
"Namun, setelah dilakukan pemeriksaan, pihak Pertamina RU II Dumai memastikan bahwa sirene tersebut berbunyi karena adanya upaya pencurian kabel jaringan di area kilang," ungkap Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI Kilang Dumai, Agustiawan, Selasa (29/7/2025).
Diterangkannya, hasil investigasi, sirene tersebut berbunyi akibat aksi percobaan pencurian kabel telepon yang dilakukan oleh orang tak di kenal.
"Sirine berbunyi karena ada gangguan telekomunikasi akibat adanya upaya pencurian kabel telepon yang dilakukan oleh orang tak di kenal. Dan dapat kami sampaikan sampai hari ini Kilang PT KPI Dumai beroperasi dengan normal dan aman tanpa ada gangguan. Jika ada emergency maka RU II akan membunyikan sirene secara bergelombang selama 3 menit untuk menandakan kondisi emergency yang sebenarnya," terang Agustiawan.
Semoga penjelasan ini dapat memberikan klasifikasi dan penjelasan kepada masyarakat. "Kami mohon maaf jika apa yang terjadi membuat keresahan ditengah-tengah masyarakat. Mudah-mudahan klasifikasi ini dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat," tambahnya.
Terkait pelaku, Agustiawan mengatakan bahwa pelaku tidak ditemukan, namun ditemukan barang bukti berupa alat yang diduga digunakan untuk merusak kabel di lokasi kejadian.
Saat ini, tim RU II langsung melakukan perbaikan jaringan kabel yang rusak, dengan melakukan penggantian kabel sepanjang 20 meter berdiameter sekitar 2 inci.
Ia juga menegaskan bahwa sirene diaktifkan sebagai bagian dari sistem keamanan yang otomatis merespons gangguan tertentu. Pihak Pertamina saat ini masih terus melakukan pengamanan dan pemantauan guna mencegah kejadian serupa terulang," pungkasnya.
Penulis: Bambang
Editor: Riki