DUMAI – Kebakaran yang melanda Kilang Minyak Pertamina RU II Putri Tujuh Dumai, Rabu (1/10/2025) malam, tidak hanya meninggalkan kepulan asap dan api. Insiden itu juga memicu luapan emosi dan protes warga yang merasa keselamatannya terancam.
Meski api berhasil dikendalikan sekitar pukul 23.20 WIB, kepanikan warga belum mereda. Ratusan orang berdesakan di Jalan Putri Tujuh, tepat di depan gerbang kilang, meneriakkan tuntutan kepada Pertamina.
“Siapa bertanggung jawab? Seharusnya tingkatkan pengawasan, jika meledak semuanya gimana,” teriak Edi, seorang warga, di hadapan petugas Pertamina.
Suasana sempat ricuh. Warga berteriak dan memaki petugas yang dianggap lalai menjaga keamanan. Mereka menolak pulang sebelum ada penjelasan jelas soal penyebab kebakaran.
“Kami sudah muak dengan kejadian seperti ini,” seru warga lainnya dengan nada emosional.
Ledakan keras memang terdengar sekitar pukul 21.00 WIB, menggetarkan kawasan Dumai Timur. Dentuman itu diikuti kobaran api besar yang terlihat membubung dari dalam kilang.
Kilang RU II Putri Tujuh bukan sekadar fasilitas industri, tapi juga ikon dan sumber penghidupan ribuan masyarakat Dumai. Berdiri sejak 1971, kilang ini mampu mengolah ratusan ribu barel per hari dengan produk utama solar, avtur, LPG, hingga green coke.
Namun, kilang tersebut menyimpan rekam jejak insiden kelam. Pada 2008, sebuah tangki berkapasitas 5.000 kiloliter terbakar. Setahun kemudian, pipa bertekanan tinggi meledak.
Kini, insiden kembali terjadi, memunculkan pertanyaan serius soal keselamatan dan pengawasan di kilang yang menjadi salah satu penopang energi nasional itu.