Tidak ada usaha menghianati hasil. Meski gagal berkali-kali, Onis sukses jadikan Keripik Aira naik kelas.
PEKANBARU – Yukhonis (49) tengah sibuk membungkus keripik singkong pedas buatannya pada Minggu (20/5/2025). Hari itu harusnya ia libur, namun pesanan reseller dari Medan, Sumatera Utara (Sumut) tak mungkin ditolak.
“Kalau Minggu memang karyawan libur. Jadi bikin sendiri, tak masalah karena sudah terbisa,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Jalan Suka Karya, Perumahan Asta Karya, Tuah Madani, Pekanbaru.
Perempuan yang akrab disapa Bu Onis ini merintis usaha keripik singkong pada 2013. Berawal dari ia yang resign dari pekerjaannya sebagai karyawan salah satu hotel di Pekanbaru.
“Kerja di hotel sudah tujuh tahun, jadi rasa jenuh dan capek. Apalagi anak-anak sudah semakin besar, mau fokus mengurus mereka. Mulailah berwirausaha. Awalnya jual roti seperti bakpia, tapi ternyata penjualan tak sesuai harapan, akhirnya bankrut,” kenang Onis.
Kemudian ada keluarganya yang mengusulkan untuk jualan keripik singkong. Salah satu pertimbangannya bahan baku singkong atau ubi kayu cukup murah di Pekanbaru.
“Waktu itu ubi masih Rp 1.500 per kilogram, jadi cukup murah. Makanya mantap, berbisnis keripik cabai. Dimulai dari 2 kilo ubi,” sebutnya.
Ternyata bisnis keripik cabai yang diidam-idamkan tak berjalan mulus. Karena Onis boleh dikata modal semangat yang kuat, namun tidak dibarengi keahlian.
Awal tahun pertama, Onis bersama suaminya, Irfan Basri (51) lebih banyak gagal. Mulai dari keripik yang rasa kurang pas, hingga gampang melempem atau lembek. Keripik cabai yang dijual di warung-warung juga sedikit.
“Selama setahun kami uji coba, tanya sana sini. Keripik yang kami bungkus kecil untuk dititip ke warung-warung gampang lembek. Tapi berkat dukungan suami dan keluarga lainnya, kami tidak patah semangat. Usaha keripik tetap kami lanjutkan. Hingga akhirnya mendapatkan resep yang pas, seperti keripik Aira Food yang dikenal sekarang,” kata Onis.
Dari yang awalnya cuma mengolah 2 Kg singkong, Onis sekarang memproduksi rata-rata 35 Kg keripik dalam sehari. Untuk variannya ada keripik singkong original, cabai, kunyit, dan ebi. Keripik Aira juga sudah banyak reseller, selain di Pekanbaru juga ada di Padang (Sumatera Barat), Medan (Sumut), Batam (Kepulauan Riau), hingga Jakarta.
“Alhamdulillah, sekarang sudah banyak yang kenal. Pesanan tidak pernah sepi. Untuk omzet sekitar Rp15 juta per bulan,” sebut Onis.
Berkat usaha keripik singkong ini, Onis bisa merenovasi dapur produksi. Dari yang awalnya masak di depan rumah, sekarang sudah ada ada dapur produksi. Selain itu ia juga alat modern seperti mesin pengiris, mesin pengaduk bumbu, dan lainnya. Itu digunakan untuk peningkatan kualitas dan efisien produksi.
Maka itu Onis bersyukur BRI menyetujui pengajuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) saat mulai meningkatkan kapasitas produksinya. Dari awalnya KUR Rp20 juta, terus meningkat hingga Rp100 juta.
Berkat KUR itu pula Onis bisa menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi. Ada yang kuliah di Universitas Padang dan Universitas Riau (Unri).
“Awal pinjam KUR di unit BRI Delima, sekarang di BRI Panam. Kita senang sekali ada BRI yang menyalurkan KUR ke UMKM seperti kami. Jadi usaha yang awalnya kecil-kecilan bisa terus berkembang. Keluarga kami juga terbantu, anak yang kuliah di Padang juga sudah mau selesai. Tentu harapannya BRI bisa terus mendampingi kami,” katanya.
Sementara itu, Pembina UMKM Forum Pekanbaru Kota Bertuah (FPKB), Masril Ardi mengatakan di Pekanbaru ada banyak pelaku usaha mikro yang berpotensi untuk dipasarkan secara luas. Seperti keripik singkong jika dikelola dengan baik mestinya bisa berkembang apalagi kalau sampai ekspor.
"Karena untuk Pekanbaru ketersediaan bahan baku, seperti singkong melimpah dan harga juga relatif murah. Harusnya produk UMKM ini bisa diberdayakan. Kita juga apresiasi pihak bank yang membantu permodalan. Namun tak kalah pentingnya juga strategi pemasaran harus dibekali ke pelaku UMKM. Agar ke depan bisa bersaing dengan produk-produk dari daerah lain, atau bahkan siap ekspor,” sebutnya, Selasa (15/5/2025).
Masril menambahkan UMKM Forum Pekanbaru Kota Bertuah (FPKB) juga sering menggelar pelatihan dengan menggandeng pemerintah daerah dan perusahaan swasta. Seperti Juni nanti, pihaknya juga akan mengadakan pasar rakyat yang dimeriahkan dengan bazar UMKM. Ini salah satu bentuk upaya agar pelaku usaha mikro bisa makin dikenal, dengan harapan memperluas pasar.
BRI tiap tahunnya berkomitmen untuk terus memberikan dampak positif ke para pelaku UMKM untuk mengembangkan usaha. Salah satunya dengan memfasalitasi pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta berbagai pelatihan hingga memperluas pemasaran seperti diikutkan pada event BRI EXPO(RT).
Sementara itu, Regional CEO BRI Pekanbaru, Reza Syahrizal S menyebut bahwa UMKM tetap menjadi fokus pada tahun 2025. Apalagi portofolio BRI lebih banyak konsen terhadap bidang mikro.
Reza menyebut BRI akan terus menjalankan berbagai inisiatif yang tidak hanya berfokus pada layanan perbankan, tetapi juga mendukung pembangunan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
"Kita membuat klaster UMKM binaan yang mana konsentrasi mengajarkan literasi masalah marketing, packaging dan manajerial supaya nasabah terus berkembang. BRI UMKM Export juga diadakaan untuk mendorong UMKM binaan bisa naik kelas dan menjangkau pasar global," tutupnya.
Seperti diketahui, BRI telah sukses menyelenggarakan BRI UMKM EXPO(RT) 2025 pada 30 Januari hingga 2 Februari 2025 di ICE BSD City. Pada acara tersebut diramaikan 69 ribu lebih pengunjung, dan mencatatkan transaksi lebih dari Rp40 miliar. Serta berhasil merealisasikan kontrak ekspor mencapai USD 90,6 juta atau sekitar Rp1,5 triliun.
Penulis: Riki