INHIL - Senja di Tembilahan, Kabupaten Inhil selalu punya cerita. Saat matahari mulai meredup di ufuk barat, perlahan kota kecil ini kembali hidup.
Di sepanjang Jalan Gajah Mada dan Hang Tuah, deretan lapak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) satu per satu dibuka.
Aroma kopi, gorengan hangat, hingga jajanan tradisional menyeruak, menyatu dengan tawa pengunjung yang mulai berdatangan.
Bagi banyak warga, suasana ini bukan sekadar tempat jajan atau bersantai. Ia adalah simbol baru, ruang yang lahir dari keberpihakan Pemerintah kepada pedagang lokal yang ada di Tembilahan.
Ruang di mana warga diberi prioritas, namun tetap terbuka bagi siapa saja yang ingin berusaha dengan niat baik.
Fatma (32), seorang pedagang kuliner, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya.
"Dulu kami berdagang tanpa kepastian, berpindah-pindah, kadang harus menghadapi hal-hal yang tidak mengenakkan. Sekarang kami punya lapak tetap, resmi, dan tertata. Rasanya seperti punya rumah sendiri," ujarnya, Sabtu (20/9/2025) malam.
Perubahan itu dirasakan pula oleh warga yang kerap datang. Ndra (42), misalnya, melihat kawasan ini menjadi ruang sosial baru yang menyatukan banyak kalangan.
"Sekarang Jalan Gajah Mada dan Hang Tuah ramai dan terang. Keluarga bisa jalan-jalan, anak muda nongkrong, dan justru itu membuat suasana makin hidup," ungkapnya.
Kehadiran UMKM di pusat kota bukan hanya mengubah wajah Tembilahan, tetapi juga menghidupkan ekonomi rakyat. Banyak lapak kini tak lagi dijalankan sendiri, melainkan sudah mampu menyerap tenaga kerja tambahan. Puluhan lapak, ratusan orang mendapat pekerjaan, dan roda ekonomi berputar lebih kencang.
Meski begitu, harapan tetap ada. Para pedagang ingin langkah ini berlanjut, ada pelatihan usaha, akses modal, hingga pendampingan manajemen.
"Kalau pembinaan berkelanjutan, UMKM kita bisa lebih maju, bukan hanya bertahan. Kami ingin tumbuh bersama," kata Fatma.
Kini, Jalan Gajah Mada dan Hang Tuah bukan sekadar deretan tenda jualan. Ia adalah ruang kebersamaan, tempat pedagang lokal tembilahan diberdayakan dan masyarakat menemukan titik temu.
Malam semakin larut, lampu jalan memantulkan cahaya hangat di jalanan. Suasana tetap ramai, seakan berpesan bahwa kebangkitan ekonomi rakyat tidak selalu dimulai dari hal besar, kadang cukup dari sebuah lapak sederhana, yang diberi ruang untuk tumbuh.
Angkringan ini wajah sejati Tembilahan tampak jelas, hangat, bersahaja, penuh gotong royong. Sebuah kota kecil yang memilih bertumbuh dari bawah, bersama rakyatnya sendiri.