JAKARTA – Suasana haru dan penuh doa menyelimuti lantai 4 Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2015). Setelah setahun tertutup dan hening akibat polemik dualisme kepengurusan, ruangan itu kembali hidup dengan kegiatan tasyakuran yang digelar pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat periode 2025–2030.
Kegiatan ini menjadi agenda pertama PWI di bawah kepemimpinan Akhmad Munir sebagai ketua umum. Tidak hanya sebagai simbol syukur, tasyakuran ini juga menjadi penanda babak baru bagi organisasi wartawan tertua di Indonesia yang kini kembali menempati kantor lamanya.
Sekitar pukul 09.30 WIB, sebanyak 72 anak yatim piatu dari Yayasan Al-Hikmah dan Yayasan Harun Ar-Rasyid hadir bersama para pembina mereka. Acara diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh Dr. Firdaus Turmudzi, S.Ag., M.Hum.
Dalam tausiyahnya, ia mengingatkan bahwa tugas jurnalistik adalah amanah yang mulia dan layak disyukuri. Ia pun mengajak semua pihak untuk terus menjaga niat baik dalam menjalankan profesi wartawan.
"Mudah-mudahan profesi ini dimuliakan Allah. Apalagi hari ini yang mendoakan kita adalah anak-anak yatim," ujar Firdaus.
Ketua Umum PWI Pusat, Akhmad Munir, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk ikhtiar spiritual atau ruwatan, agar perjalanan organisasi ke depan lebih lancar, penuh berkah, dan mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.
"Kami niatkan agar jalannya kepengurusan PWI Pusat 2025–2030 selalu dilancarkan dan mendapatkan hidayah dari Allah Subhanahu wa ta'ala," ucap Munir dalam sambutannya.
Ia juga mengungkapkan bahwa tasyakuran ini adalah wujud rasa syukur atas kelancaran proses pemilihan hingga dikembalikannya akses kantor PWI oleh Dewan Pers. Kehadiran kembali di lantai 4 bukan hanya soal fasilitas, tetapi juga simbol kembalinya eksistensi PWI di ranah pers nasional.
"Ini momentum penting. Kami berterima kasih kepada Dewan Pers yang telah memberikan ruang kembali bagi PWI untuk menjalankan agenda organisasi. Mulai dari konsolidasi, penyelesaian dualisme, hingga penguatan program seperti UKW dan Sekolah Jurnalistik Indonesia," kata Munir.
Tasyakuran ini juga dihadiri oleh jajaran pengurus pusat seperti Ketua Dewan Kehormatan Atal S. Depari, Sekjen Zulmansyah Sekedang, serta sejumlah tokoh pers nasional. Anak-anak yatim yang hadir juga menerima santunan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan.
Sebelumnya, kantor PWI sempat ditutup sejak 1 Oktober 2024 menyusul Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 1103/DP/K/IX/2024 yang melarang penggunaan ruang kantor akibat konflik internal.
Kondisi lantai 4 sempat berubah seperti ruang kosong tak bernyawa, dengan meja-meja berdebu dan kursi-kursi yang tak terpakai.
Namun, suasana berubah sejak Kamis 25 September 2025. Dewan Pers yang kini dipimpin Komaruddin Hidayat secara resmi menyerahkan kembali kunci kantor kepada pengurus PWI Pusat. Komaruddin menyebut ruangan itu seperti “ruang horor” jika terus dibiarkan kosong, dan menyatakan lega karena kini PWI dapat kembali beraktivitas.
“Kami ingin ruang ini kembali produktif. Wartawan punya tempat untuk bekerja, berdiskusi, dan menjalankan program yang bermanfaat bagi kemajuan pers,” ujar Komaruddin.
Dengan dikembalikannya akses kantor dan semangat baru pengurus PWI Pusat, berbagai program strategis diproyeksikan untuk kembali dijalankan. Mulai dari pelatihan jurnalistik, pemulihan program UKW, hingga penguatan peran organisasi dalam menjaga profesionalisme dan etika wartawan.
Munir menegaskan bahwa PWI ingin kembali menjadi rumah besar pers Indonesia, tempat tumbuhnya wartawan-wartawan profesional, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan zaman. (rilis)