www.halloriau.com


BREAKING NEWS :
Serangan Harimau Sumatera di Pelalawan, BBKSDA Riau Turunkan Tim Mitigasi ke TKP
Otonomi
Pekanbaru | Dumai | Inhu | Kuansing | Inhil | Kampar | Pelalawan | Rohul | Bengkalis | Siak | Rohil | Meranti
 


Fenomena Menjamurnya Pak Ogah Pekanbaru: Solusi Instan atau Cermin Kegagalan Sistem
Kamis, 31 Juli 2025 - 19:20:33 WIB
Ilustrasi Pak Ogah menjamur di Pekanbaru (foto/int)
Ilustrasi Pak Ogah menjamur di Pekanbaru (foto/int)

PEKANBARU - Kota Pekanbaru dapat dikatakan sebagai daerah yang signifikan dalam pertumbuhan penduduknya. Terbukti, meningkat dua kali lipat dari 500 ribu pada tahun 2000 hingga saat ini berjumlah lebih dari 1,1 juta orang.
 
Pertumbuhan ini tidak hanya ditandai oleh geliat pembangunan infrastruktur, meningkatnya arus urbanisasi, dan perluasan kawasan permukiman, tetapi juga oleh kompleksitas persoalan lalu lintas yang semakin terasa.
 
Salah satu wajah nyata dari kompleksitas tersebut adalah kemunculan sosok-sosok informal yang akrab kita kenal dengan sebutan Pak Ogah.
 
Pengurus Masyarakat Transportasi Indonesia Wilayah Riau, Dr Ir Muchammad Zaenal Muttaqin menyebutkan fenomena Pak Ogah di ruang-ruang lalu lintas perkotaan tidak muncul secara tiba-tiba. Apalagi berdiri sendiri tanpa latar belakang.
 
"Pak Ogah bukanlah gejala yang lahir dari kehendak individu semata, melainkan merupakan produk dari serangkaian kondisi sosial, ekonomi, dan kelembagaan yang saling berkaitan dan belum sepenuhnya terpenuhi," kata Dr Ir Muchammad Zaenal Muttaqin, Kamis (31/7/2025).
 
Dalam konteks Pekanbaru, dan kota-kota besar lain di Indonesia, masyarakat dapat menyaksikan bagaimana pertumbuhan kendaraan dan intensitas pergerakan manusia melaju begitu cepat. Sementara kapasitas institusi yang bertanggung jawab atas pengelolaan lalu lintas tertinggal jauh di belakang.
 
"Keterbatasan jumlah petugas di lapangan, keterlambatan pembangunan infrastruktur pendukung seperti traffic light, marka, dan rambu, serta lemahnya integrasi perencanaan lintas sektor telah menciptakan celah-celah sistem yang rentan di berbagai titik," ungkapnya.
 
Ketika Pemko Pekanbaru, disebutkan Dr Zaenal, dalam hal ini belum mampu menjangkau seluruh simpul-simpul kemacetan, terutama pada lokasi rawan konflik arus seperti simpang tak bersinyal, putaran balik, atau pintu keluar pusat keramaian, maka muncullah ruang kosong dalam tata kelola lalu lintas.
 
Ruang kosong inilah yang kemudian secara alami diisi oleh aktor-aktor non-formal dari masyarakat. 
 
"Kehadiran Pak Ogah menjadi wujud dari inisiatif masyarakat akar rumput untuk mengatur arus lalu lintas dengan caranya sendiri. Munculnya mereka bukan karena ada sistem rekrutmen atau pelatihan, melainkan karena ada kebutuhan praktis yang tidak dijawab oleh lembaga formal," sebutnya.
 
Namun sayangnya, inisiatif ini lebih cenderung bersifat pragmatis dan tidak dilandasi oleh pemahaman keselamatan, legalitas, atau prinsip rekayasa lalu lintas.
 
"Apa yang dilakukan oleh Pak Ogah sering kali bukan untuk menciptakan ketertiban arus secara menyeluruh, melainkan hanya demi kelancaran sesaat untuk segelintir pengguna jalan terutama yang bersedia memberi imbalan," katanya.
 
Bahkan, dalam banyak kasus, praktik ini berujung pada bentuk eksploitasi ruang publik, di mana pengendara "dipaksa" memberi uang atas layanan yang sebenarnya tidak diminta, tidak dijamin keamanannya, dan tidak memiliki dasar hukum.
 
Seiring waktu, kondisi ini berubah menjadi pola yang mengakar dan dianggap lumrah oleh sebagian masyarakat, padahal secara substansi hal ini mencerminkan ketimpangan dalam pelayanan publik dan lemahnya kehadiran negara di bidang manajemen transportasi.
 
"Dari aspek sosial, sebagian besar Pak Ogah berasal dari kelompok masyarakat marginal: pengangguran, pekerja informal musiman, atau bahkan mereka yang pernah mengalami masalah sosial seperti putus sekolah atau migran urban tanpa keterampilan," sebut Dr Zaenal.
 
Di tengah minimnya lapangan kerja dan tekanan hidup di kota, menjadi Pak Ogah dipandang sebagai cara bertahan hidup yang "cepat dan instan". Mereka tidak perlu izin, tidak perlu modal besar, dan cukup bermodal tubuh dan keberanian untuk berdiri di tengah jalan. Situasi ini diperparah oleh sikap permisif masyarakat.
 
"Banyak pengguna jalan yang karena terburu-buru atau tidak ingin terlibat konfrontasi, dengan sukarela memberikan uang kepada Pak Ogah. Bahkan tidak sedikit yang menganggap kehadiran mereka adalah "jasa" yang pantas dihargai, walau secara hukum dan etika sebetulnya tidak demikian. Masyarakat terjebak dalam praktik transaksional yang merugikan tata kelola transportasi dalam jangka panjang," pungkasnya.
 
Penulis: Yuni
Editor: Riki


Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Ilustrasi serangan harimau Sumatera di Pelalawan, BBKSDA Riau turunkan tim mitigasi ke lokasi (foto/int)Serangan Harimau Sumatera di Pelalawan, BBKSDA Riau Turunkan Tim Mitigasi ke TKP
Innova Zenix Hybrid.Toyota Catat 4.250 SPK di GIIAS 2025, Innova Zenix Hybrid Jadi Kontributor Terbesar
Pemko Pekanbaru tertibkan truk masuk kota (foto/MCR)Ini Daftar Jalan di Pekanbaru yang Dilarang Dilintasi Truk
Belantara Foundation dan mahasiswa Jepang hijaukan Riau lewat aksi tanam pohon (foto/ist)Peringati HKAN 2025, Pelajar Jepang Tanam Meranti di Taman Hutan Riau
Runding budaya dan wisata Indragiri di Mizu Coffee dihadiri Bupati Inhu Ade (foto/andri)Runding Budaya dan Wisata Indragiri di Mizu Coffee, Bupati Ade Ajak Hidupkan Ini
  Ilustrasi Pemkab Kuansing Rakor bahas pengelolaan retribusi parkir Festival Pacu Jalur 2025 (foto/MCRiau)Antisipasi Kebocoran Retribusi Parkir di Festival Pacu Jalur, Pemkab Kuansing Libatkan Pihak Ketiga
Riswansyah resmi nahkodai KONI Rokan Hilir periode 2025–2029 (foto/afrizal)Riswansyah Resmi Nahkodai KONI Rohil Periode 2025–2029
Bunga mirip sakura bermekaran di HR Soebrantas, Kota Pekanbaru (foto/Yuni)Mirip Luar Negeri, Bunga Terompet Emas Tabebuya Hiasi Jalanan Pekanbaru
Riau jadi penyumbang terbesar titik lanas di Sumatera (foto/int)Riau Penyumbang Terbesar Hotspot di Sumatera, 132 Titik Membara di Rohil
Tiga calon Sekdaprov Riau, Syahrial Abdi (kiri), Yusfa Hendri, dan Jafrinaldi (foto/int)Masih di Kemendagri, Hasil Akhir Calon Sekdaprov Riau Belum Keluar
Komentar Anda :

 
 
 
Potret Lensa
Konsolidasi Kesiapsiagaan Personel dan Peralatan Pengendalian Kebakaran Hutan di Riau dan Sumbar
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2025 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved