PEKANBARU - Ancaman kanker leher rahim atau kanker serviks yang mencatat lebih dari 36.000 kasus baru dan 20.000 kematian setiap tahun di Indonesia, mendorong pelaksanaan kampanye kesehatan masif.
Pekanbaru terpilih sebagai kota kedua setelah Bandung untuk menyelenggarakan kampanye edukasi bertajuk "Tenang untuk Menang 2025: Perempuan Indonesia Merdeka dari Kanker Leher Rahim".
Kampanye ini, yang merupakan kolaborasi antara MSD Indonesia dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, digelar di SMPN 13 Pekanbaru, Riau, pada Kamis (25/9/2025).
Provinsi Riau dipilih karena memiliki populasi remaja perempuan usia 10–19 tahun yang sangat besar, mencapai lebih dari 550.000 jiwa.
Direktur Imunisasi Kemenkes, dr. Prima Yosephine, menegaskan bahwa pemerintah memprioritaskan upaya pencegahan kanker serviks.
"Kanker ini bisa dicegah. Kabar baiknya, sekarang cukup satu dosis vaksin HPV sudah bisa memberikan perlindungan yang efektif. Sejak 2023, imunisasi HPV resmi masuk program imunisasi nasional. Mulai 2025, vaksin HPV akan rutin diberikan kepada anak perempuan kelas 5 SD," jelasnya secara daring.
Ia juga menekankan pentingnya keberanian para siswi untuk menjaga kesehatan diri, hidup sehat, dan aktif bertanya kepada guru maupun tenaga kesehatan.
Sementara itu, Ketua TP PKK Provinsi Riau, Henny Sasmita Wahid, yang hadir secara langsung, mengingatkan remaja agar tidak takut imunisasi HPV dan tidak termakan hoaks.
"Tentu pesan saya, anak-anak remaja di seluruh Riau tidak perlu takut melaksanakan imunisasi HPV. Carilah informasi dari sumber yang kredibel. Kami dari PKK siap berkolaborasi untuk mensukseskan program pemerintah, termasuk kampanye IVA test di seluruh provinsi," tegasnya.
dr. Amrilmaen Badawi, Country Medical Lead MSD Indonesia, menjelaskan bahwa program "Tenang untuk Menang" adalah kampanye berkelanjutan sejak 2024.
"Tahun lalu kita mulai di Jakarta, tahun ini Bandung jadi kota pertama, dan Pekanbaru kota kedua. Indonesia memiliki angka kejadian kanker serviks tertinggi di Asia Tenggara. Setiap jam, ada dua perempuan Indonesia meninggal karena penyakit ini. Angka mengerikan ini yang kita harap bisa ditekan melalui edukasi," ungkapnya.
Pemilihan SMPN 13 Pekanbaru dilakukan karena dianggap representatif untuk menyasar siswi dan ibu-ibu melalui metode edukasi yang interaktif dan partisipatif.
Kampanye ini sejalan dengan rencana aksi eliminasi kanker serviks 2025–2030. Dengan kolaborasi lintas sektor ini, Kemenkes optimistis target eliminasi kanker serviks pada 2030 dapat terwujud.
"Dengan edukasi yang masif, kita optimis Indonesia bisa mewujudkan target eliminasi kanker leher rahim pada 2030," tutup dr. Prima Yosephine.