PEKANBARU – Kasus campak di Provinsi Riau terus meningkat tajam. Ini menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi Riau.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Riau per 27 Oktober 2025, tercatat 1.042 kasus campak di seluruh kabupaten dan kota. Dari jumlah tersebut, 900 berstatus suspek dan 142 telah terkonfirmasi positif melalui pemeriksaan laboratorium.
Kota Pekanbaru menjadi wilayah dengan kasus tertinggi, mencapai 610 kasus, terdiri dari 520 suspek dan 90 positif. Disusul Kabupaten Kampar dengan 91 kasus (73 suspek dan 18 positif), serta Kabupaten Pelalawan 82 kasus (81 suspek dan 1 positif). Sementara kabupaten lain seperti Indragiri Hilir, Bengkalis, Dumai, dan Rokan Hulu juga mencatat puluhan kasus aktif.
Lonjakan ini menandakan bahwa penularan campak masih aktif di tengah masyarakat, terutama di wilayah perkotaan yang padat penduduk. Kondisi tersebut langsung direspons cepat oleh Dinas Kesehatan Provinsi Riau yang menggelar rapat koordinasi dengan Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho, Senin (27/10/2025).
Pertemuan itu membahas strategi percepatan imunisasi dan pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Plt Kepala Dinas Kesehatan Riau, Widodo, mengungkapkan bahwa rendahnya cakupan imunisasi menjadi salah satu penyebab utama masih tingginya kasus campak di Riau.
Hingga 21 Oktober 2025, capaian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Pekanbaru baru 36,60 persen dari target 90 persen. Sedangkan imunisasi BIAS MR (Campak-Rubella) untuk anak kelas 1 SD baru mencapai 28,30 persen dari target 88 persen.
“Capaian ini masih tergolong rendah dan perlu percepatan di seluruh wilayah kerja puskesmas. Jika cakupan imunisasi tidak segera ditingkatkan, risiko penularan akan terus tinggi, terutama pada anak-anak di bawah lima tahun,” jelas Widodo.
Dari 520 kasus suspek di Pekanbaru, 89 telah terkonfirmasi positif. Sebagian besar menyerang balita dan anak-anak usia sekolah dasar. Menanggapi situasi ini, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru bersama puskesmas memperkuat langkah penanganan dan pengendalian penyakit.
Beberapa langkah yang telah dijalankan antara lain penyelidikan epidemiologi (PE) di lokasi kasus, pelaporan ketat melalui sistem surveilans, serta pelaksanaan Survei Cepat Komunitas untuk menentukan wilayah pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) atau imunisasi tanggap wabah.
Selain itu, sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi juga terus diperkuat melalui media sosial, siaran radio, dan kerja sama lintas sektor agar masyarakat lebih waspada terhadap gejala campak dan segera memeriksakan anaknya ke fasilitas kesehatan.
Pemerintah Provinsi Riau menargetkan peningkatan cakupan imunisasi hingga 90 persen di seluruh wilayah pada akhir tahun ini untuk menekan angka kasus dan mencegah potensi wabah baru.