PEKANBARU - Kolaborasi lintas sektor menjadi faktor penentu keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Provinsi Riau. Hal ini kembali ditekankan Sekretaris Daerah Provinsi Riau, Syahrial Abdi, dalam Rapat Monitoring dan Evaluasi Tahap II yang digelar di Hotel Pangeran Pekanbaru, Selasa (9/12/2025).
Ia menegaskan bahwa seluruh pemangku kepentingan harus bergerak bersama untuk memastikan program nasional ini berjalan efektif.
Syahrial menyebut rapat tersebut sebagai forum strategis untuk menelaah capaian serta mengevaluasi hambatan di lapangan. Ia berharap pertemuan ini dapat menghasilkan langkah percepatan yang konkret dan dapat segera diterapkan.
“Pertemuan ini kita laksanakan sebagai forum strategis untuk menelaah secara menyeluruh hasil pelaksanaan program serta hasil survei monitoring dan evaluasi. Kita ingin memperoleh gambaran faktual, mengidentifikasi hambatan, dan merumuskan langkah percepatan yang operasional dan terukur,” ujarnya.
Berdasarkan data per 2 Desember 2025, jumlah target penerima manfaat Program MBG di Riau mencapai 2.010.204 jiwa. Dari angka tersebut, sebanyak 905.360 jiwa sudah menerima manfaat program. Sementara kebutuhan SPPG mencapai 667 unit, dan 420 unit di antaranya telah beroperasi.
“Angka ini menunjukkan progres yang baik, namun percepatan tetap diperlukan agar manfaat program diterima secara optimal oleh seluruh sasaran,” jelas Syahrial.
Ia juga mengungkapkan bahwa hasil simulasi menunjukkan 30 hingga 50 persen kebutuhan bahan pangan program MBG dapat dipenuhi dari produksi lokal. Hal ini membuka peluang besar bagi UMKM, petani, peternak, dan nelayan untuk meningkatkan produktivitas serta memperkuat rantai pasok pangan daerah.
“Ketika rantai pasok lokal bergerak, daya beli masyarakat meningkat dan perekonomian daerah tumbuh lebih kuat,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Asep Riyadi, menguraikan capaian nasional Program MBG yang kini memasuki fase implementasi masif di seluruh Indonesia. Hingga Oktober 2025, terdapat 12.508 SPPG yang aktif beroperasi. Program ini telah menyalurkan 1,41 miliar porsi makanan kepada lebih dari 36 juta penerima manfaat.
Asep menilai program MBG membawa dampak signifikan, tidak hanya pada kesehatan masyarakat tetapi juga pada pergerakan ekonomi daerah. Keterlibatan hampir 19.000 UMKM dalam penyediaan bahan makanan lokal ikut menggerakkan ekosistem ekonomi baru.
“Didukung oleh hampir 19.000 UMKM, program ini bahkan diperkirakan menciptakan hampir 1 juta lapangan kerja. Dari sisi ekonomi, setiap satu dolar yang diinvestasikan pemerintah diperkirakan memberi nilai pengembalian antara 5 hingga 37 dolar,” ujarnya.