PEKANBARU - Menjelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Provinsi Riau pada 19 Oktober 2025, tensi politik internal partai berlambang pohon beringin itu kian memanas.
Musda kali ini menjadi ajang penting dalam menentukan sosok baru yang akan memimpin Golkar Riau pasca-era Syamsuar.
Beberapa nama kader mulai disebut-sebut siap bertarung memperebutkan kursi Ketua DPD I Partai Golkar Riau. Namun, satu hal sudah dipastikan, Syamsuar tidak akan kembali mencalonkan diri.
“Yang jelas saya tak maju lagi (Ketua Golkar). Gubernur pun saya tidak lagi. Paling nanti saya maju di pileg untuk DPR saja, 2029,” ujar Syamsuar.
Mantan Gubernur Riau itu menegaskan, dirinya memilih memberi ruang bagi kader muda untuk melanjutkan estafet kepemimpinan partai.
Ia pun menolak anggapan bahwa ia memiliki calon penerus yang secara khusus didukungnya.
“Saya tidak dukung siapa-siapa. Semua saya serahkan ke pemilik suara. Siapa pun yang terbaik, yang bisa membawa Golkar lebih baik lagi, itu yang layak memimpin,” tegasnya.
Syamsuar juga mengonfirmasi, Musda Golkar Riau baru bisa digelar 19 Oktober karena menyesuaikan jadwal Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia.
Selain memimpin partai, Bahlil juga menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di kabinet pemerintah, sehingga memiliki agenda padat.
“Belum seluruh provinsi menggelar Musda. Di Sumatera saja masih ada lima daerah yang belum, termasuk Riau, Aceh, Sumut, Kepri, dan Bangka Belitung,” tuturnya.
Syamsuar berharap, siapapun yang terpilih nantinya mampu menjaga soliditas partai serta memperkuat posisi Golkar di kancah politik lokal dan nasional.
“Harapan saya, siapa pun yang terpilih menjadi ketua nanti bisa membawa Golkar Riau lebih baik dari saya, dan mampu meraih suara terbanyak di setiap tingkatan, baik pileg kabupaten, provinsi, nasional, maupun pilpres," tandasnya.