PEKANBARU - Anggota Komisi II DPRD Kota Pekanbaru, Fathullah, meminta emerintah kota Pekanbaru untuk melakukan sejumlah langkah antisipasi makin melonjaknya harga sembilan bahan pokok (Sembako) jelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Kondisi ini ikut diperparah dengan bencana alam yang melanda beberapa daerah pemasok utama seperti Provinsi Sumatra Utara dan Sumatra Barat.
Fatullah khawatir kondisi kenaikan harga yang nantinya semakin membebani masyarakat. Ia menyebut, sebelum terjadi bencana sekalipun, harga bahan pangan memang cenderung melonjak setiap menjelang Nataru.
"Beberapa daerah pemasok kebutuhan pokok sedang terkena bencana. Sementara kita sangat bergantung pada suplai dari sana. Sebelum bencana saja harga sudah naik, apalagi sekarang. Cabai saja sudah tembus Rp100 ribu per kilo," ujar Fathullah, Senin (8/12/2025).
Ia mendesak Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Pekanbaru untuk turun tangan lebih serius dalam menstabilkan harga.
"Kenaikan harga tidak boleh dibiarkan hingga membuat masyarakat kecil semakin kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk itu, kita minta Disperindag tolong stabilkan harga. Naik boleh, tapi jangan sampai menyakiti hati masyarakat. Tidak semua warga itu orang berada, banyak masyarakat susah yang harus kita pikirkan," tegasnya.
Ia menambahkan, tantangan menjaga stabilitas harga akan berlangsung cukup panjang. Setelah Nataru, masyarakat akan memasuki bulan Ramadan dan Idulfitri yang juga dikenal sebagai periode rawan lonjakan harga.
"Dari Nataru sampai Idulfitri itu rentangnya panjang. Disperindag harus bekerja keras menjaga harga tetap terkendali. Bahan pokok ini kebutuhan mendasar masyarakat Pekanbaru," tambahnya.
Politisi Demokrat ini juga menyoroti faktor gagal panen di sejumlah daerah akibat musim hujan dan cuaca ekstrem. Kondisi ini membuat produksi pertanian turun drastis, sehingga butuh waktu sebelum petani dapat memanen kembali.
"Setelah gagal panen, tentu harus menanam ulang. Itu butuh waktu. Tidak mungkin hari ini tanam, besok berbuah. Jadi kita harus antisipasi," katanya.
Untuk menghindari ketergantungan pada daerah tertentu, ia menyarankan pemerintah kota mencari opsi alternatif, termasuk membuka peluang impor dari negara lain jika diperlukan.
"Saya sudah konfirmasi ke Disperindag. Kalau suplai dari daerah bencana tidak bisa masuk, kita minta cari opsi impor dari Thailand atau Vietnam yang harganya lebih murah. Supaya masyarakat tetap bisa menikmati bahan pokok dengan harga terjangkau," jelasnya.
Ia menegaskan, Disperindag harus mencari solusi terbaik agar fluktuasi harga pangan tidak terus membebani masyarakat, terutama di tengah situasi cuaca ekstrem dan produksi pertanian yang tidak stabil.