PEKANBARU - Komisi III DPRD Riau melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Stadion Utama Riau, salah satu venue eks Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012, pada Senin (21/4/2025).
Hasil sidak itu, mereka menyoroti buruknya pengelolaan fasilitas olahraga yang seharusnya menjadi aset bernilai bagi daerah.
Ketua Komisi III DPRD Riau, Edi Basri menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi Stadion Utama dan pengelolaan seluruh aset eks PON yang dinilai tidak optimal.
“Dari sidak yang dilakukan oleh Anggota Komisi III di Stadion Utama Riau, ada jalan yang sudah dipenuhi semak, ditambah digenangi air,” ungkap Edi Basri, Selasa (22/4/2025).
Menurut Edi, hasil tinjauan lapangan menunjukkan bahwa stadion mengalami berbagai kerusakan dan ketidaklayakan fungsi.
Beberapa temuan mencolok di antaranya adalah dinding dan lantai yang dipenuhi lumut, plafon yang sudah berjatuhan, lantai luar stadion yang pecah, hingga hydrant yang tidak terawat.
“Kami juga mendapati 40 lampu taman yang hilang beserta kabel-kabelnya,” tambahnya.
Selain itu, Komisi III DPRD Riau menyoroti minimnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari pengelolaan 14 venue eks PON oleh Dispora Riau. Seluruh aset tersebut hanya mampu menghasilkan pendapatan sekitar Rp1 miliar dalam setahun.
“Padahal kalau dikelola dengan profesional, 14 venue eks PON ini bisa menjadi sumber PAD yang signifikan. Namun kenyataannya, pendapatan yang masuk hanya Rp1 miliar per tahun. Ini sangat disayangkan,” tegas Edi.
Kondisi ini, lanjut Edi, menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap pengelolaan aset daerah, terutama yang berkaitan dengan fasilitas olahraga.
DPRD Riau mendesak agar Dispora Riau melakukan langkah konkret untuk memperbaiki pengelolaan dan merestorasi aset-aset tersebut.
Pihaknya juga meminta Gubernur Riau dan jajaran eksekutif untuk lebih serius melihat potensi ekonomi dari aset eks PON yang saat ini terbengkalai.
DPRD Riau menekankan bahwa pengelolaan aset tidak boleh lagi dilakukan secara asal-asalan. Stadion dan venue olahraga lainnya memiliki potensi besar, baik untuk digunakan masyarakat umum, pelatihan atlet, maupun disewakan untuk berbagai kegiatan olahraga dan hiburan.
“Kalau dibiarkan terus, kita bukan hanya kehilangan potensi PAD, tapi juga mempermalukan diri sendiri karena tak mampu menjaga warisan besar dari PON 2012,” tukasnya.
Editor: Barkah