Oleh: Bambang Prayetno
DUMAI - Tidak ada yang menyangka, pelatihan membatik yang digelar oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Bersama Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Dumai mampu mengubah kehidupan banyak orang khususnya anggota kelompok TP PKK Dumai. Dari pelatihan itulah lahir batik Dumai dengan motif khas yang kini menjadi kebanggaan masyarakat.
Batik Dumai semakin terkenal setelah dikenakan orang nomor satu di Kota Dumai, yaitu wali kota Dumai H. Paisal yang selalu mengenakan batik Dumai dalam sebuah momen penting seperti membuka dan menghadiri acara – acara resmi. Dari situ Batik Dumai kini sudah diproduksi secara masal dan otomatis menghadirkan peluang ekonomi baru bagi TP PKK yang dulunya hanya bermimpi bisa menjual karya mereka sendiri.
Batik Dumai dibuat oleh anggota TP PKK Dumai yang sebelumnya telah mendapatkan pelatihan sampai punya keahlian membatik, pelatihan tersebut diberikan oleh PT PHR diikuti sebanyak 20 anggota TP PKK Tingkat Kota hingga Kecamatan yang ada di Dumai.
Batik Dumai dibuat di aula Balai Khairul Anwar dan saat ini menjadi Dapurnya Galeri Batik Dumai yang beralamat di Jalan Putri Tujuh Kompleks Perusamahan Walikota Dumai, dan dimanfaatkan khusus untuk proses pembuatan Batik. Dari tidak bisa membatik, puluhan tangan-tangan Perempuan anggota TP PKK saat ini tampak lincah menorehkan canting di atas kain putih, membuat beragam motif khas Batik Dumai. Awalnya apa yang mereka lakukan hanya sekadar belajar membatik, namun kini mereka sedang menenun masa depan, sebab Batik Dumai sudah banyak peminatnya.
Ketua TP PKK Dumai, Hj. Leni Ramaini tidak menyangka, dari hanya belajar membatik yang di taja oleh PT Pertamina Hulu Rokan pada Rabu (7/8/2024) lalu, saat ini PKK Dumai sudah bisa memproduksi Batik Dumai sendiri, melalui tangan-tangan terampil yang sebelumnya telah dilatih PHR.
“Awalnya pelatihan membatik diikuti sebanyak dua puluh peserta dari TP PKK Tingkat Kota Dumai dan Kecamatan. Mereka antusias mengikuti pelatihan membatik yang diselenggarakan oleh PHR selama dua bulan. Alhamdulillah peserta pelatihan mendapatkan transfer keterampilan. Kini keahiliannya dalam membatik jadi sumber pendapatan baru untuk meningkatkan ekonomi, khususnya anggota TP PKK,” ungkap Istri Walikota Dumai dengan bangga.
Atas transfer ilmu tersebut, Leni Ramaini mengucapkan terima kasih kepada PT PHR. Leni Ramaini yang juga menjabat sebagai Ketua Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Dumai berharap semoga dukungan ini berkesinambungan agar kreativitas warga Dumai benar-benar dapat tersalurkan dan berujung pada peningkatan ekonomi masyarakat.
Ketua TP PKK Dumai mengaku siap bersaing dengan batik dari luar daerah yang membanjiri pasar Dumai. Batik Dumai hasil karya tangan-tangan kreatif TP PKK Dumai siap bersaing.
“Dengan motif khas yang terinspirasi dari pesona alam pesisir dan budaya Melayu Kota Dumai, batik hasil karya tangan-tangan kreatif anggota TP PKK Kota Dumai kini siap bersaing. Apalagi saat ini Batik Dumai sudah menjadi kebanggaan baru masyarakat. Kualitasnya tidak kalah dengan batik lain dan nilai estetikanya juga unik, banyak motif yang kami hasilkan, membuat Batik Dumai banyak warna dan pilihan, dan siap bersaing dengan batik ternama dari luar yang masuk ke Dumai,” ujar Leni sambil menunjukkan proses membatik di Galeri batik Dumai.
Selain menjadi peluang ekonomi, membatik juga untuk menjaga warisan budaya. Untuk itu, pelatihan membatik ini sudah beberapakali dilaksanakan, pertama pada 2023 dilanjutkan 2024, ini merupakan penguatan dari program tahun sebelumnya. Bahkan pada 2023, TP PKK Kota Dumai telah menggelar lomba desain motif batik bertema Putri Tujuh.
Pelatihan ini menghadirkan Ashar Fauzi Hana, narasumber asal Kulon Progo, yang dikenal dengan dedikasinya terhadap dunia batik. Ia berbagi ilmu mulai dari teknik dasar mencanting hingga pewarnaan alami yang ramah lingkungan dan semua ilmunya berhasil diserap oleh peserta pelatihan.

(Anggota TP PKK Dumai tengah membatik/foto-bambang)
Batik Dumai Laku Sampai 100 Lembar per Bulan
Untuk memasarkan Batik Dumai, TP PKK Kota Dumai membuka sebuah gerai berukuran 3 x 4 meter di pusat pertokoan Dumai Islamic Center Jalan HR Subrantas Dumai, dan diberi nama Galeri Batik Dumai. Beraneka ragam motif batik yang dijual, dengan motif-motif yang terinspirasi dari alam pesisir dan kehidupan masyarakat Melayu Kota Dumai, Batik Dumai menghadirkan sentuhan tradisi dalam balutan gaya modern.
Warna-warna hangat berpadu indah di etalase kaca, dari kejauhan terlihat jelas corak batik hasil karya tangan-tangan terampil pengrajin lokal.
Menurut Ibu Eva, pengurus TP PKK Dumai dan juga koordinator galeri batik, Batik Dumai diberi nama Batik Putri Tujuh diambil dari legenda lokal yang sangat melekat dengan identitas Kota Dumai. “Kami ingin batik ini tidak hanya indah dipandang, tetapi juga membawa cerita dan makna dari daerah kita sendiri,” ujarnya.
Sejak mulai diperkenalkan, antusiasme masyarakat terhadap Batik Dumai terus meningkat. Dalam sebulan, Galeri Batik Dumai bisa menjual hingga 100 lembar kain batik, baik untuk kebutuhan pribadi maupun oleh-oleh khas daerah dan pesanan dari berbagai instansi dan Perusahaan.
Dua jenis batik menjadi andalan mereka: batik cap yang dijual dengan harga Rp250 ribu, dan batik tulis dengan harga Rp350 ribu per lembar. “Alhamdulillah, peminatnya banyak. Tidak hanya warga Dumai, tapi juga pembeli dari luar kota yang tertarik dengan motifnya,” kata Eva.
Keindahan Batik Putri Tujuh tidak lepas dari kekayaan motif yang diciptakan oleh para pengrajin. Beberapa motif yang kini menjadi ciri khas antara lain Pucuk Rebung, yang melambangkan pertumbuhan dan harapan, Bunga Tanjung, simbol keanggunan dan keharuman budi, Periuk Beruk atau Kantong Semar, yang menggambarkan kelestarian alam pesisir, serta Selembayung, ornamen Melayu yang mencerminkan kemegahan dan adat istiadat masyarakat Dumai.
Dan yang menjadi motif utama kami iyalah, Motif Batik Sunting, motif ini melambangkan kecantikan, kelembutan, dan kehormatan perempuan Melayu. Ia juga mencerminkan nilai kesopanan, kemuliaan, dan martabat yang dijunjung tinggi dalam adat. “Dan masih ada beberapa motif lain yang terus kami kembangkan agar variasinya semakin banyak,” tambah Eva.
Keberhasilan Galeri Batik Dumai tidak lepas dari peran berbagai pihak yang mendukung pelatihan dan pemberdayaan pengrajin batik, seperti TP PKK Kota Dumai dengan dukungan Pertamina Hulu Rokan (PHR). Melalui pelatihan membatik, para peserta tidak hanya belajar teknik pembuatan batik, tetapi juga diajak memahami filosofi di balik setiap motif yang mereka hasilkan. Kini, hasil karya mereka tidak hanya mempercantik kain, tetapi juga memperkuat jati diri budaya lokal.
“Harapan kami sederhana,” tutur Eva di akhir wawancara, “semoga Batik Putri Tujuh bisa menjadi ikon kebanggaan masyarakat Dumai, dikenal lebih luas, dan memberikan manfaat ekonomi bagi para pengrajin yang telah bekerja keras melestarikan warisan budaya ini.”
Pembukaan gerai Batik Dumai di DIC menjadi langkah penting dalam memperluas jangkauan produk lokal sekaligus memperkenalkan keindahan batik khas Dumai. Tidak sampai disitu, TP PKK juga mempromosikan batik Dumai melalui media sosial seperti Instagram dengan nama galeri_batikdumai
Sementara, Kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Kota Dumai Nurzerwan mengatakan, Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada TP PKK Kota Dumai, yang telah berinisiatif dan berperan aktif dalam melaksanakan pelatihan membatik bagi Masyarakat. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada PT PHR yang telah memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan pelatihan membatik.
“Berkat kolaborasi yang baik antara TP PKK dan PHR, pelatihan ini berhasil membekali seluruh peserta dengan keterampilan membatik hingga mampu menciptakan motif dan produk batik khas Dumai yang memiliki nilai seni dan ekonomi tinggi,” ungkap Nurzerwan.
Dengan adanya pelatihan ini dan pemberdayaan Masyarakat khususnya anggota TP PKK Dumai, mereka tidak hanya memperkuat sektor ekonomi kreatif, tetapi juga turut melestarikan warisan budaya daerah khususnya Dumai.
“Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Kota Dumai akan terus mendukung dan memfasilitasi pengembangan industri batik lokal agar dapat tumbuh, berkembang, dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Dumai,” pungkasnya.
Terakhir, Wali Kota Dumai H. Paisal mengaku bangga Dumai punya Batik sendiri hasil karya tangan-tangan kreatif anggota PKK setelah mendapatkan pelatihan dari PT PHR.
“Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada PT PHR yang telah memberikan pelatihan dan dukungan penuh kepada PKK Dumai. Berkat kerja sama ini, Dumai kini memiliki batik khas yang tidak hanya indah, tetapi juga bernilai ekonomi dan menjadi kebanggaan masyarakat,” ungkapnya. Sambil tersenyum bangga mengenakan batik Dumai.

(Narasumber asal Kulon Progo transfer ilmu membatik kepada peserta pelatihan/foto-bambang)
Dan ia juga tentunya mengapresiasi kepada pihak-pihak yang telah berperan besar dalam lahirnya Batik Dumai, khususnya kepada TP PKK Dumai, keberadaan Batik Dumai bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha mampu melahirkan karya yang menghidupkan budaya sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat. Semoga menjadi panutan dan contoh bagi Perusahaan lain. Masih kata Wako, saat mengenakan Batik Dumai sangat bangga, dan banyak yang menilai motifnya bagus.
“Sering saya pakai setiap kali saya menghadiri kegiatan, baik formal maupun nonformal, saya selalu berusaha mengenakan Batik Dumai sebagai bentuk promosi. Harapan saya, semakin banyak masyarakat yang mencintai dan mengenakannya, Batik Dumai semakin dikenal dan menjadi kebanggaan kita bersama,” ungkap Wali Kota Dumai, yang saat diwawancara mengenakan batik Dumai berwarna Biru.
Doni dan Kebanggaannya pada Batik Dumai
Batik Dumai kini mulai menunjukkan pesonanya. Salah satu penggemar setianya adalah Doni Putra, warga Dumai yang mengaku jatuh hati pada motif batik Dumai dan kualitasnya yang dianggap mampu bersaing dengan batik – batik lain.
Bagi Doni, batik bukan sekadar pakaian, melainkan symbol budaya daerah. Ia menilai, Batik Dumai memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan batik dari daerah lain.
“Kainnya tebal tapi lembut, nyaman dipakai, dan kualitasnya terasa bagus. Motifnya bagus dan khas sekali, benar-benar menggambarkan identitas Dumai,” tambahnya.
Selain kualitas bahan dan motif yang menarik, Doni juga menyoroti harga Batik Dumai yang tergolong terjangkau, yakni berkisar antara Rp250.000 hingga Rp300.000. “Dengan harga segitu, aku yakin Batik Dumai akan laris manis.
Keberadaan Batik Dumai kini semakin dikenal berkat pelatihan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh TP PKK Kota Dumai dengan dukungan dari PHR. Upaya tersebut tak hanya melahirkan karya batik yang indah, tetapi juga membuka peluang bagi para pengrajin dan pelaku usaha kecil untuk berkembang. Doni berharap, Batik Dumai terus berinovasi dan semakin banyak masyarakat yang bangga mengenakannya. “Kalau bukan kita yang menghargai karya daerah sendiri, siapa lagi?” tutupnya.
Dari Batik Dumai ke Batik Sumatera
Dukungan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) terhadap pelatihan di Dumai hanyalah satu fragmen dari mosaik besar program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dijalankan perusahaan di berbagai daerah di Sumatera.
Di Bengkalis, lahir Batik Mandau, hasil kolaborasi PHR Zona Rokan dengan Politeknik Bengkalis. Motifnya mengangkat nuansa Melayu seperti pucuk rebung, bunga melati, dan daun duri. Bahkan, ada motif bertema “Bermasa” (Bermarwah, Maju, dan Sejahtera), slogan kebanggaan Kabupaten Bengkalis.
Di Jambi, tangan-tangan warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi melahirkan Batik Kejora, bagian dari program Batik Lapas yang digagas PHR Zona 1. Mereka yang pernah terjerat kasus hukum kini meniti jalan baru menukar stigma dengan karya.
Batik mereka bahkan telah mendapatkan Hak Cipta resmi untuk sembilan motif khas, di antaranya Pian Puan dan Korona. Dari balik jeruji, mereka mencipta harapan, selembar demi selembar.
Sementara di PHR Zona 4, di Desa Lubuk Raman, Kecamatan Rambang Niru, lahir Batik Khaman melalui Rumah Kreatif Boek Khaman. Motif khas buah khaman berpadu dengan simbol kapak beliung, menceritakan asal-usul desa yang penuh filosofi. Batik ini menjadi media ekspresi anak muda desa sekaligus simbol kebangkitan ekonomi lokal.
Corporate Secretary PHR Regional 1 Sumatra, Eviyanti Rofraida, menegaskan bahwa dukungan terhadap pelatihan dan produksi batik bukan hanya perayaan budaya, tetapi juga strategi pemberdayaan masyarakat.
“Melalui batik, kami membuktikan bahwa program tanggung jawab sosial dapat menciptakan kemandirian ekonomi dan memastikan budaya kita terus hidup serta memartabatkan masyarakat,” ujarnya.
Bagi para peserta pelatihan di Dumai, batik bukan sekadar kain. Ia adalah simbol perjuangan. Dalam setiap tarikan canting, terselip harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi keluarga, kota, dan budaya.
Pelatihan ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah dan swasta dapat melahirkan dampak sosial yang berkelanjutan. Bukan hanya tentang melestarikan batik, tetapi juga tentang membangun kemandirian, menumbuhkan ekonomi kreatif, dan mengangkat martabat perempuan. (*)