TANJUNGPINANG – Kementerian Pariwisata Republik Indonesia kembali memperkuat komitmennya dalam tata kelola destinasi bersih, sehat, dan berkelanjutan melalui Gerakan Wisata Bersih (GWB).
Pada pelaksanaan nasional ke-11 ini, Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, dipilih sebagai lokasi utama.
Pemilihan ini didasarkan pada peran krusial Pulau Penyengat sebagai situs cagar budaya nasional yang kaya sejarah, serta komitmen masyarakatnya dalam pelestarian lingkungan dan warisan budaya.
Kegiatan ini melibatkan sekitar 519 peserta, termasuk Walikota Tanjungpinang, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kepulauan Riau, unsur Forkopimda, serta mitra sektor swasta seperti Telkomsel.
GWB di Pulau Penyengat mengedepankan pendekatan kolaboratif, bukan sekadar acara seremonial. Kegiatan ini menjadi bentuk penguatan inisiatif lokal yang telah berkembang, sekaligus wahana apresiasi terhadap praktik baik dari masyarakat.
Pulau Penyengat, dengan latar sejarah dan budaya yang kuat, menjadi contoh nyata destinasi yang mampu mengintegrasikan kesadaran ekologis dengan pelestarian nilai-nilai kultural, menjadikannya living heritage yang mendukung transformasi sosial dan pariwisata berkelanjutan.
"Gerakan Wisata Bersih di Pulau Penyengat menjadi langkah konkret dalam mendorong destinasi yang bersih, inklusif, dan berkelanjutan, melalui kolaborasi lintas sektor serta penguatan ekosistem wisata budaya yang selaras dengan peningkatan daya saing dan martabat bangsa," kata Staf Ahli Menteri Bidang Transformasi Digital dan Inovasi Pariwisata, Masruroh.
Senada, Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungpinang menegaskan komitmennya terhadap pariwisata berbasis budaya dan lingkungan melalui kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat, serta pelaku usaha.
Dukungan juga datang dari pemerintah daerah melalui Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau, Luki Zaiman Prawira, yang turut hadir dalam kegiatan ini.
"Semoga dengan adanya gerakan wisata bersih, maka diharapkan sustainable tourism dan regeneratif tourism yaitu pengelolaan pariwisata yang terintegrasi dengan pelestarian bagi generasi mendatang di Pulau Penyengat," ucar Luki.
Kontribusi sektor swasta turut menjadi bagian penting. Telkomsel menyediakan fasilitas tempat sampah dari bahan limbah daur ulang simcard sebagai dukungan nyata terhadap pelestarian lingkungan.
"Telkomsel merasa bangga dapat mendukung pelaksanaan Gerakan Wisata Bersih di Pulau Penyengat, yang merupakan situs warisan budaya Melayu dan sejarah bangsa. Dukungan ini merupakan bagian dari komitmen Telkomsel melalui program Jaga Bumi, dengan tujuan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan melalui beragam aksi nyata. Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi pemantik semangat kolaborasi lintas sektor dalam menjaga kelestarian lingkungan Indonesia," kata Andri T. Putra, Manager Mobile Consumer Branch Batam perwakilan Telkomsel.
Dalam aksi bersih-bersih di Pulau Penyengat, terkumpul sekitar 2 ton sampah. Capaian ini tidak hanya mencerminkan keberhasilan fisik, tetapi juga menjadi simbol kebangkitan kesadaran bersama dalam merawat lingkungan destinasi.
GWB memperkuat narasi bahwa kebersihan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat.
Sebagai penutup rangkaian kegiatan, dilakukan kunjungan ke pelaku UMKM lokal yang bergerak di bidang pengelolaan sampah dan produk kreatif berbasis daur ulang.
Inisiatif ini mempertegas bahwa penerapan pariwisata berkelanjutan dapat berjalan melalui pendekatan partisipatif yang memanfaatkan potensi khas daerah.
Pulau Penyengat kembali menegaskan posisinya sebagai destinasi unggulan yang memadukan pelestarian budaya dan kepedulian lingkungan, memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan ekologis secara berkelanjutan. (Rilis)