PEKANBARU – Industri perhotelan di Pekanbaru sempat terpukul sepanjang Januari hingga Juli 2025 akibat kebijakan efisiensi.
Sejumlah hotel terpaksa melakukan pengurangan jam kerja hingga memberlakukan sistem pergantian masuk karyawan. Bahkan, beberapa hotel juga melakukan pemberhentian pegawai.
"Sejak awal tahun sudah ada kebijakan efisiensi, termasuk sistem pergantian masuk. Beberapa hotel di Pekanbaru sudah menjalankannya," jelas Maya Anggraini, Direktur of Search Manager Hotel Bono Pekanbaru.
Maya menyebut, kondisi ini diperburuk oleh minimnya daya tarik wisata di Pekanbaru. Tidak banyak spot unggulan yang mampu menarik pengunjung dari luar daerah. Padahal, sektor perhotelan sangat bergantung pada geliat pariwisata.
"Yang ada justru wisata di daerah lain yang jauh. Pekanbaru kurang memiliki magnet wisata," tambahnya.
Namun sejak Agustus 2025, situasi mulai berangsur pulih. Tingkat hunian hotel sudah mencapai 50–70 persen, meski belum merata di semua kawasan. Hotel-hotel yang berada di kawasan strategis, terutama Ring 1 atau pusat kota, dinilai lebih cepat membaik dibanding hotel di pinggiran.
Maya menilai, upaya branding menjadi kunci agar hotel di Pekanbaru mampu bersaing dengan kota-kota besar lain.
"Kalau tidak dibangun branding, hotel-hotel baru akan tertutup dengan yang sudah eksis di kota besar," ungkapnya.
Pemerintah Kota Pekanbaru sendiri terus berupaya meningkatkan sektor pariwisata dengan membuat spot-spot kekinian dan menyelenggarakan event nasional. Langkah ini diharapkan bisa menjadi penunjang utama bagi sektor perhotelan ke depan.