PEKANBARU – Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi di berbagai daerah, bahkan dengan jumlah korban mencapai ribuan siswa. Peristiwa terbaru tercatat di Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah), Sumbawa (NTB), dan Garut (Jawa Barat) pada Rabu (17/9/2025).
Gejala yang dialami korban hampir seragam, mulai dari mual, muntah, pusing, tubuh memerah hingga sesak napas.
Di Garut, sebanyak 569 siswa keracunan usai mengonsumsi makanan MBG di sekolah. Kasus serupa juga menimpa 251 siswa di Banggai, dengan 78 anak harus dirawat inap di rumah sakit karena diduga keracunan menu ikan tuna goreng saus. Sementara di Sumbawa, tercatat 125 siswa terdampak dengan indikasi bakteri E. coli dari kontaminasi air.
Ribuan Korban Sejak Januari 2025
Sejak diluncurkan pada 6 Januari 2025, program MBG tercatat sudah membuat ribuan siswa keracunan.
Politisi PDIP Mohamad Guntur Romli menyebut jumlah korban mencapai lebih dari 4.000 siswa.
Data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) bahkan lebih tinggi, yakni 5.360 siswa sejak Januari 2025.
JPPI mendesak Presiden Prabowo menghentikan sementara program MBG hingga evaluasi menyeluruh dilakukan.
Pemerintah Sampaikan Permintaan Maaf
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi meminta maaf mewakili pemerintah atas maraknya kasus keracunan MBG. Ia menegaskan pemerintah akan melakukan evaluasi dan memastikan penanganan cepat bagi para korban.
“Jika ada kelalaian, tentu akan ada sanksi bagi pengelola SPPG. Tapi jangan sampai sanksi itu mengganggu jalannya program MBG,” tegasnya.
DPR Kritik Pengawasan dan Dapur Asal Jadi
Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto menilai lemahnya kontrol mutu menjadi akar masalah. Menurutnya, Badan Gizi Nasional (BGN) terlalu fokus mengejar jumlah dapur penyedia (SPPG) tanpa memperhatikan standar mutu dan keamanan.
“Banyak dapur yang dibangun asal jadi, bahkan diserahkan ke yayasan masyarakat yang tidak siap,” ujarnya.
Edy juga menyoroti rendahnya serapan anggaran BGN baru 18,6 persen dari Rp 71 triliun, sehingga pembangunan dapur terkesan dipaksakan.
Alasan BGN Soal Keracunan
Kepala BGN Dadan Hindayana menyebut sejumlah faktor penyebab, mulai dari bahan baku tak layak, proses masak terlalu lama, hingga pergantian pemasok yang tidak siap.
“SPPG baru jangan langsung diberi tanggung jawab masak untuk ribuan orang. Harus bertahap,” jelasnya.
Meski kasus terus berulang, Dadan menegaskan program MBG akan tetap berjalan dengan target “zero incident”.
Anggaran MBG 2026 Tembus Rp 300 Triliun
Pada 2026, anggaran MBG diproyeksikan menembus Rp 300 triliun, meningkat hampir dua kali lipat dari Rp 171 triliun pada 2025. Dana ini akan digunakan untuk menyediakan makanan bergizi bagi 82,9 juta penerima manfaat, termasuk siswa sekolah, ibu hamil, dan balita.