JAKARTA - Kebakaran yang terjadi di Kilang Pertamina RU II Dumai, Riau, pada Rabu (1/10/2025) kembali membuka sorotan tajam terhadap buruknya pengelolaan infrastruktur minyak dan gas bumi (migas) nasional.
DPR RI menilai insiden berulang ini mencerminkan lemahnya tata kelola keselamatan kerja dan manajemen risiko di tubuh Pertamina. Mereka mendesak pembenahan menyeluruh, bukan sekadar perbaikan sementara.
“Sudah saatnya Pertamina bertransformasi menjadi perusahaan energi kelas dunia yang aman dan terpercaya. Tidak boleh ada lagi korban dan kerugian akibat kelalaian,”
tegas Anggota Komisi VII DPR RI, Jalal Abdul Nasir, dikutip dari laman resmi DPR RI, Minggu (5/10/2025).
Jalal menegaskan bahwa kebakaran di kilang minyak tidak boleh lagi dianggap hal biasa, karena menyangkut keselamatan publik, keamanan energi nasional, dan kepercayaan masyarakat.
“Ini persoalan serius yang menyangkut keselamatan, keamanan energi nasional, dan kepercayaan publik. Harus dihentikan selamanya,” tegas Politisi Fraksi PKS itu.
Menurutnya, kejadian berulang ini menunjukkan kelemahan dalam sistem pengamanan dan penerapan SOP (Standard Operational Procedure) di lingkungan Pertamina.
“SOP dan sistem otomatis pengamanan kilang harus diperkuat. Pertamina harus memiliki sistem deteksi dini dan pemadam otomatis yang bekerja cepat dan akurat. Tidak boleh lagi bergantung pada reaksi manual yang lambat,” lanjutnya.
Jalal memaparkan lima langkah konkret yang perlu segera dilakukan oleh Pertamina:
Audit menyeluruh terhadap SOP operasional dan keselamatan di seluruh kilang.
Penerapan sistem otomatis untuk deteksi kebocoran, kebakaran, dan shutdown darurat.
Pelatihan rutin dan simulasi insiden agar seluruh personel siap menghadapi potensi bahaya.
Transparansi dan akuntabilitas terhadap setiap pelanggaran atau kelalaian yang terjadi.
Kolaborasi dengan lembaga pengawas independen dan aparat keselamatan nasional.
“Budaya keselamatan harus menjadi DNA setiap pekerja. Tidak ada kompromi terhadap keselamatan,” ujarnya menegaskan pentingnya membangun safety culture di Pertamina.
Kebakaran di Kilang Pertamina Dumai bukanlah yang pertama kali. Catatan menunjukkan serangkaian insiden serupa dalam dua dekade terakhir:
2008: Tangki berkapasitas 5.000 kiloliter terbakar.
2014: Ledakan menewaskan beberapa pekerja.
2023: Kebakaran gas kompresor melukai sembilan pekerja.
2025: Ledakan dan kebakaran kembali terjadi, meski tanpa korban jiwa.
Menyikapi insiden terbaru ini, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, memastikan bahwa operasional kilang tidak terganggu.
“Malam kejadian pun, kita sudah dapat informasi dari GM bahwa operasi tidak terganggu. Tapi tetap kita kirim tim untuk investigasi penyebab kebakaran,” ujarnya.
Jalal menegaskan bahwa sebagai BUMN strategis, Pertamina memegang tanggung jawab besar terhadap keamanan energi nasional dan keselamatan publik.
Setiap kebakaran bukan hanya menimbulkan kerugian material, tetapi juga mengancam keselamatan warga sekitar dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan energi negara tersebut.