JAKARTA – Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) diperkirakan kembali tidak mencapai target pada tahun 2025. Sejak pertama kali diluncurkan pada 2017, program ini belum pernah berhasil memenuhi target tahunan yang ditetapkan pemerintah.
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Eddy Abdurrachman mengungkapkan, hingga akhir 2025, realisasi PSR kemungkinan hanya mencapai sekitar 50.000 hektare dari total target 180.000 hektare.
"Di 2025 masih ada satu semester lagi. Perkiraan saya nanti mungkin capaiannya sekitar 50.000 hektare. Targetnya itu tinggi sekali, 180.000 hektare, memang sangat ambisius," ujar Eddy di Jakarta, Rabu (20/8/2025).
Eddy menjelaskan bahwa pencapaian terbaik PSR terjadi pada 2019, yaitu mencapai 94.000 hektare. Namun setelah itu, realisasi menurun dan rata-rata hanya mencapai 40.000–50.000 hektare per tahun.
Menurutnya, penurunan ini terjadi karena PSR bersifat sukarela, sehingga keberhasilan program bergantung pada minat petani untuk ikut serta.
Faktor lain yang memengaruhi rendahnya capaian PSR adalah tingginya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Petani lebih memilih mempertahankan kebun mereka karena keuntungan dari panen lebih besar dibandingkan mengikuti program peremajaan.
"Harga sawit sekarang lagi bagus, sehingga petani tidak mau ikut dulu. Pendapatan mereka meningkat karena sebagian besar dari mereka bergantung pada kebun itu untuk memenuhi kebutuhan hidup," jelas Eddy, seperti yang dilansir dari voi.(*)