SELATPANJANG - Asap masih mengepul tipis dari celah-celah tanah gambut yang hangus, menyisakan aroma tajam pembakaran yang menusuk hidung. Di tengah panas menyengat yang mengeringkan tenggorokan, deru suara mesin pompa air bercampur teriakan komando terdengar bersahutan. Ini adalah hari keempat perjuangan tanpa lelah tim gabungan dalam memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Desa Tanjung Peranap, Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti.
Sejak api mulai melahap semak dan lahan gambut beberapa hari lalu, lebih dari 75 personel dari unsur TNI, Polri, BPBD, MPA desa, hingga karyawan PT ITA dikerahkan.
Mereka dipimpin langsung oleh Kasat Samapta Polres Kepulauan Meranti, AKP Timur Brata Yuda. Setiap langkah mereka penuh kehati-hatian, menyusuri belantara semak, memikul selang, menggali tanah, dan menembus jalan setapak yang mereka buat sendiri—jalan perintis yang menjadi satu-satunya akses menuju titik api.
"Lahan yang terbakar mencapai 50 hektare. Saat ini api sudah berhasil kami padamkan, namun masih dilakukan pendinginan karena di beberapa titik asap masih terlihat," ungkap Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Aldi Alfa Faroqi, Senin (21/07/28).
Tantangan utama bukan hanya dari panasnya api, tapi juga dari langit yang tak memberi hujan dan tanah yang tak mudah berbagi air. Di lahan gambut yang kering itu, air menjadi barang langka. Untuk mendapatkan sumbernya, para petugas harus menggali sumur darurat di lokasi, berharap bisa menyemburkan cukup air untuk membasahi bara yang masih menyala di dalam tanah.
"Selain sulitnya akses, keterbatasan air menjadi kendala berat. Kami harus menggali di beberapa titik untuk mencari air. Belum lagi cuaca ekstrem di lokasi, sangat panas dan angin kencang yang mempercepat penyebaran api," jelas Kapolres.
Meski api telah padam, bahaya belum benar-benar hilang. Bara bisa menyala kembali kapan saja. Karena itu, proses pendinginan terus dilakukan tanpa henti. Tim gabungan berjaga, menyiram, dan memblokir areal terdampak untuk mencegah api kembali hidup.
Di tengah keterbatasan dan kelelahan, semangat para petugas tak pernah surut. Di balik abu yang menutupi wajah dan seragam mereka yang basah oleh peluh, tersimpan tekad yang membara: melindungi desa, hutan, dan paru-paru bumi dari ganasnya api.
Penulis : Ali Imroen