PANGKALAN KERINCI - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim (Dit API) bersama United Nations Development Programme (UNDP) memulai penyusunan National Adaptation Plans (NAP).
Sebagai bagian dari upaya ini, rombongan pakar dan akademisi melakukan kunjungan lapangan (site visit) ke PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pelalawan untuk mempelajari strategi implementasi aksi adaptasi di sektor swasta.
NAP merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam Perjanjian Paris dan ditargetkan akan diserahkan kepada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) sebelum Konferensi Perubahan Iklim (COP) ke-30 di Brasil pada November 2025.
Kunjungan ini bertujuan memperoleh informasi mengenai dampak perubahan iklim, tata kelola, serta strategi mitigasi yang dilakukan perusahaan.
Dalam kunjungan tersebut, rombongan meninjau Posko Sarana dan Prasarana (Sarpras) Fire Emergency Response Team (FERT) RAPP di Pelalawan Estate.
Mereka juga melihat langsung simulasi pemanfaatan teknologi terbaru FERT dalam upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Koordinator Kelompok Kerja (Pokja) Perencanaan dan Pembinaan Adaptasi Perubahan Iklim, Kardono, mengapresiasi peran aktif sektor swasta. Menurutnya, kolaborasi multi-sektor adalah kunci untuk memperkuat ketahanan lingkungan.
“Kami ingin memberi contoh bahwa aksi adaptasi oleh swasta juga ada dalam upaya penanganan kebakaran lahan dan hutan (Karhutla) dengan mengadopsi teknologi pemantauan dini, pengelolaan lahan berkelanjutan, serta kemitraan bersama masyarakat untuk pencegahan dan pemadaman kebakaran,” ujar Kardono.
Fire and Aviation Manager, Amron Budi Setiawan, menyambut baik kunjungan tersebut dan menekankan komitmen perusahaannya.
“Kami terus berkomitmen untuk memperkuat sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran melalui pemanfaatan teknologi, peningkatan kapasitas tim, serta kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan agar lingkungan tetap terjaga dan masyarakat sekitar terlindungi,” ujarnya.
Selain meninjau teknologi, rombongan juga mengunjungi masyarakat di Kecamatan Pelalawan untuk melihat penerapan Program Fire Free Village Program (FFVP) yang diinisiasi oleh RAPP. Program Desa Bebas Api ini memberdayakan masyarakat lokal dalam pencegahan karhutla.
Joko Satrio, warga Kecamatan Pelalawan, menyampaikan dampak positif dari program tersebut.
“Selama ini perusahaan sangat peduli kepada masyarakat. Kami tidak hanya diedukasi untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar, tetapi juga diberikan program-program pembinaan seperti pelatihan budidaya pertanian berkelanjutan dan bantuan sarana usaha, sehingga masyarakat memiliki alternatif ekonomi tanpa harus membakar lahan,” ungkap Joko.
Direktur RAPP, yang juga terlibat dalam Focus Group Discussion (FGD) sebelumnya, memaparkan komitmen perusahaan melalui inisiatif APRIL2030.
“Melalui APRIL2030, kami berupaya mencapai emisi karbon net-zero, memperluas konservasi lahan, dan mendorong praktik bisnis yang berkelanjutan agar manfaatnya dirasakan tidak hanya oleh perusahaan, tetapi juga masyarakat dan lingkungan,” ungkap Mulia.
Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat ini menegaskan bahwa upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim harus dilakukan secara berkelanjutan. (Rilis)