JAKARTA - Pasar otomotif Indonesia tengah digempur oleh mobil listrik asal China yang dibanderol dengan harga sangat kompetitif.
Fenomena ini memunculkan pertanyaan, mampukah mobil-mobil Jepang yang telah puluhan tahun mendominasi pasar bertahan dari serbuan ini?
Gelombang kendaraan listrik (EV) terus membesar. Dalam beberapa tahun terakhir, pabrikan asal China gencar meluncurkan model baru di Indonesia, lengkap dengan teknologi mutakhir namun tetap ramah di kantong.
Salah satu yang terbaru adalah BYD Atto 1, hatchback listrik yang menggebrak pasar dengan harga mulai Rp190 jutaan, angka yang bahkan berada di bawah Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB).
Dengan harga tersebut, BYD Atto 1 tak hanya menantang segmen mobil listrik premium, tetapi juga mulai mengusik pasar Low Cost Green Car (LCGC) yang selama ini menjadi andalan pabrikan Jepang.
Namun, apakah tren ini akan langsung menggusur dominasi mobil Jepang di Indonesia?
Pengamat otomotif sekaligus akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu, menilai dampaknya tidak akan instan.
"Tergantikan sih tidak ya, yang pasti pasarnya secara perlahan akan tergerus terus jika para prinsipal tua dari Jepang tetap ngotot untuk memakai strategi lamanya," ujar Yannes.
Menurut Yannes, pabrikan Jepang masih mengandalkan mesin konvensional dan sering kali memandang segmen mobil murah sebagai kendaraan dengan kualitas minim.
Sebaliknya, pabrikan China justru berani menawarkan mobil dengan harga setara, namun dibekali teknologi canggih dan fitur modern.
"Di era pasar middle income class generasi muda yang semakin kritis terhadap value for money melampaui loyalitas buta terhadap brand," tukasnya dilansir detik.com.
Kondisi ini berpotensi mengubah peta persaingan. Dengan konsumen yang semakin sadar akan teknologi ramah lingkungan, mobil listrik China bisa menjadi pilihan utama di masa depan jika pabrikan Jepang tidak segera beradaptasi.(*)