PEKANBARU – Rencana Pemerintah Kota Pekanbaru untuk menghidupkan kembali wisata air di Sungai Siak mendapat perhatian serius dari pelaku pariwisata. Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Riau, Dede Firmansyah, menyambut baik inisiatif ini, namun juga mengingatkan pentingnya kesiapan dan keberlanjutan program tersebut.
Pemko berencana menjadikan Rumah Singgah Tuan Kadi di Kecamatan Senapelan sebagai destinasi utama wisata air terpadu. Lokasi ini akan menjadi titik sandar bus air setelah menyusuri Sungai Siak, menawarkan konsep wisata yang memadukan sejarah dan budaya Melayu Pekanbaru.
Namun, menurut Dede, keberhasilan program ini tidak cukup hanya dengan menghadirkan satu unit bus air.
“Bus air ini pernah beroperasi, tapi terhenti karena biaya operasionalnya tinggi. Kalau sekarang mau dihidupkan lagi, Pemko harus benar-benar siap — bukan hanya soal kapal, tapi juga infrastrukturnya,” tegas Dede.
Dede menyarankan agar pemerintah melibatkan perahu milik masyarakat sebagai alternatif moda wisata air. Menurutnya, kolaborasi ini justru bisa memperluas partisipasi warga sekaligus menekan biaya operasional.
"Daripada hanya mengandalkan satu bus air, kenapa tidak libatkan perahu masyarakat? Sekaligus jadi pemberdayaan ekonomi lokal,” katanya.
Ia juga menyinggung potensi acara rutin yang digelar di Rumah Singgah Tuan Kadi setiap malam Ahad sebagai peluang wisata budaya yang patut diintegrasikan ke dalam paket perjalanan wisatawan.
"Setiap malam Ahad ada event budaya di sana. Kalau disinergikan dengan trip sungai, itu bisa jadi nilai jual tinggi. Anggota Asita siap bantu promosikan ke wisatawan,” tambahnya.
Tak hanya itu, Dede mengingatkan bahwa pihak swasta pernah mencoba konsep serupa melalui Quantung Cruise—sebuah restoran terapung di Sungai Siak. Meski tidak bertahan lama, konsep tersebut menunjukkan bahwa wisata air punya pasar, asalkan dikelola serius.
“Kalau ada pihak ketiga yang mau garap, konsep seperti restoran terapung bisa jadi daya tarik luar biasa. Tapi perlu dukungan dan regulasi dari Pemko,” ungkapnya.
Dede juga menyarankan agar Pemko mempertimbangkan subsidi tiket bagi wisatawan sebagai solusi atas tingginya biaya operasional bus air.
"Kalau harga tiket Rp50 ribu sampai Rp75 ribu terlalu tinggi, bisa saja Pemko beri subsidi. Yang penting wisata tetap jalan dan tidak membebani wisatawan,” ujar Dede.
Di akhir pernyataannya, Dede menegaskan komitmen Asita Riau untuk mendukung upaya menjadikan Pekanbaru sebagai kota tujuan wisata, bukan sekadar kota persinggahan.
“Kami siap duduk bersama Pemko untuk merumuskan konsep wisata air yang menguntungkan semua pihak—baik pemerintah, pelaku pariwisata, maupun masyarakat,” pungkasnya.
Editor: Riki