PEKANBARU - Misteri penyebab kematian anak Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) bernama Laila di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Sebanga, Kabupaten Bengkalis, akhirnya terungkap.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau memastikan Laila mati akibat terinfeksi Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV), virus mematikan yang kerap menyerang anak gajah.
Kepastian tersebut diperoleh setelah hasil pemeriksaan laboratorium Medica Satwa Laboratoris Bogor terhadap sampel jaringan dan organ Laila dinyatakan positif EEHV.
Sampel tersebut sebelumnya dikirim oleh BBKSDA Riau untuk memastikan penyebab kematian secara ilmiah dan akurat.
Kepala BBKSDA Riau, Supartono mengatakan, hasil uji laboratorium menunjukkan virus EEHV menyerang organ vital, khususnya hati (hepar).
“Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, penyebab kematian Laila adalah infeksi virus EEHV,” ujar Supartono.
Supartono menjelaskan, EEHV merupakan virus herpes yang secara spesifik menyerang gajah, terutama anak gajah, dengan tingkat kematian yang sangat tinggi dan perkembangan penyakit yang cepat.
“Penyakit ini dikenal sangat agresif, sulit ditangani, dan penularannya hanya terjadi antar gajah,” jelasnya.
Menurut Supartono, hasil laboratorium ini menjadi dasar penting bagi BBKSDA Riau untuk melakukan evaluasi menyeluruh serta memperkuat langkah pencegahan di kawasan konservasi, terutama untuk melindungi anak-anak gajah yang memiliki kerentanan tinggi terhadap infeksi EEHV.
Laila merupakan anak gajah betina berusia 1 tahun 6 bulan, lahir secara alami pada 6 April 2024 dari induk bernama Puja dan pejantan Sarma.
Sejak kelahirannya, Laila berada dalam pengawasan ketat tim medis dan mahout PKG Sebanga.
Kondisi kesehatan Laila mulai menunjukkan penurunan pada 20 November 2025. Saat itu, aktivitas Laila tampak berkurang meski nafsu makan dan minum masih normal.
Tim medis BBKSDA Riau segera melakukan pemeriksaan intensif dan memberikan penanganan awal berupa infus, obat-obatan, serta pemantauan rutin setiap dua jam.
“Hasil pemeriksaan awal menunjukkan suhu tubuh masih dalam batas normal, namun kami tetap melakukan pemantauan ketat,” ujarnya.
Pada malam 21 November 2025 hingga pukul 22.00 WIB, Laila masih terpantau makan, minum, dan menyusu. Namun sekitar pukul 00.30 WIB, Laila tiba-tiba menjerit dan mengalami kondisi kritis.
Meski sempat mendapat penanganan dan kembali berdiri serta menyusu, kondisinya terus menurun.
“Sekitar pukul 05.30 WIB pada 22 November 2025, Laila dinyatakan mati dalam kondisi terbaring,” ungkapnya.
Untuk memastikan penyebab kematian, tim dokter hewan BBKSDA Riau langsung melakukan nekropsi dan mengambil sampel jaringan serta organ vital.
Hasil analisis laboratorium kemudian mengonfirmasi bahwa Laila terinfeksi virus EEHV.
BBKSDA Riau menegaskan akan meningkatkan kewaspadaan, sistem deteksi dini, serta protokol kesehatan gajah di PKG Sebanga dan kawasan konservasi lainnya guna mencegah kejadian serupa terulang.