Dinamika Musda Golkar Riau: Kemunculan Kudah Hitam Bayangi 2 Kandidat Calon Kuat Pemimpin Beringin
PEKANBARU - Jelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Riau, dua nama calon kuat calon ketua partai tersebut mulai mencuat.
Mereka adalah Parisman Ihwan, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Riau dan SF Hariyanto, Wakil Gubernur Riau.
Kedua nama ini disebut-sebut memiliki kapasitas dan potensi untuk memimpin partai berlambang pohon beringin tersebut di tingkat provinsi.
Namun, tak menutup kemungkinan munculnya calon-calon lain yang bisa menjadi kuda hitam dalam kompetisi ini.
Anggota Dewan Pertimbangan Golkar Riau, Erizal Muluk menjelaskan, meskipun dua nama besar sudah muncul, dinamika politik dalam partai masih bisa berkembang lebih jauh.
"Dalam politik, semuanya masih bisa berjalan dinamis," ujar Erizal Muluk.
Ia menambahkan, meskipun Parisman Ihwan dan SF Hariyanto menjadi kandidat yang disebut-sebut kuat, sejumlah nama lain juga sempat dibicarakan, seperti anggota DPR RI Yulisman dan Karmila Sari.
Erizal Muluk, yang mengakui posisinya netral dalam Musda Golkar Riau, menilai bahwa Yulisman dan Karmila Sari memiliki syarat dan kapasitas untuk memimpin partai, meskipun mereka belum secara resmi mengumumkan niatnya untuk maju.
"Bisa jadi mereka menjadi kuda hitam dalam Musda ini. Secara persyaratan dan kemampuan, keduanya memenuhi syarat untuk memimpin Golkar Riau," ungkap Erizal.
Namun, Erizal Muluk menekankan pentingnya Musda yang berjalan secara demokratis dan kompetitif, serta menilai sistem aklamasi tidak disarankan, karena bisa memunculkan friksi antar kader.
"Lebih baik ada pertarungan sehat seperti yang terjadi sebelumnya. Jangan sampai muncul pengkotak-kotakan. Pilkada dan Pemilu sudah selesai, sekarang saatnya kembali bersatu," sebutnya.
Lebih lanjut, Erizal mengingatkan agar seluruh kader Golkar tetap solid dan tidak membawa kepentingan pribadi dalam proses politik partai.
"Jika ada yang mengancam pindah partai karena beda pilihan, itu hanya gertakan politik. Yang penting sekarang adalah membesarkan partai, bukan memperjuangkan kepentingan pribadi," tambahnya.
Sementara itu, terkait dengan dua nama calon ketua yang saat ini mengemuka, yaitu Parisman Ihwan dan SF Hariyanto, Erizal Muluk menegaskan, keputusan akhir terkait siapa yang akan terpilih sebagai Ketua DPD I Golkar Riau sepenuhnya ada di tangan para pemilik hak suara.
"Yang punya hak memilih adalah DPD kabupaten/kota se-Riau, ditambah ormas pendiri dan didirikan, organisasi sayap, Dewan Pertimbangan, DPD I, dan DPP," tegas Erizal.
Meskipun keduanya memiliki kapasitas yang dianggap layak untuk memimpin, posisi mereka masih bergantung pada dinamika aturan internal partai.
Salah satu syarat penting dalam AD/ART Golkar adalah bahwa calon ketua harus sudah pernah menjabat sebagai pengurus partai selama minimal lima tahun di tingkat provinsi atau kabupaten/kota.
Syarat ini bisa menjadi tantangan tersendiri bagi SF Hariyanto, yang relatif baru dalam struktur pengurus partai.
Namun, Erizal Muluk tidak menutup kemungkinan bahwa aturan tersebut bisa saja berubah jika DPP Golkar menginginkan figur tertentu untuk memimpin.
"Tergantung DPP. Kalau mereka menginginkan sosok tertentu, aturan bisa saja disesuaikan. Politik itu dinamis, dan kepemimpinan partai tidak terlepas dari urusan kekuasaan," jelas Erizal dilansir tribunpekanbaru.com.(*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :