ROKAN HILIR – Pemerintah terus menggencarkan upaya pencegahan stunting melalui program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG). Kali ini, giliran warga Desa Teluk Mega, Kabupaten Rokan Hilir, Riau yang mendapat sosialisasi terkait program unggulan tersebut, Kamis (12/6/2025).
Sosialisasi MBG dihadiri oleh Anggota Komisi IX DPR RI Maharani, perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN) Ari Yulianto, staf Puskesmas Teluk Mega Weni Indriani, serta tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan setempat. Kegiatan ini menjadi bagian dari langkah konkret menuju visi besar Indonesia Emas 2045, dengan fokus membentuk generasi sehat dan cerdas sejak usia dini.
Dalam sambutannya, Maharani menegaskan bahwa MBG merupakan bagian dari visi Presiden Prabowo Subianto untuk menciptakan sumber daya manusia unggul di masa depan.
“Kalau bukan sekarang kita mulai, kapan lagi? Masa depan anak-anak kita sangat dipengaruhi oleh asupan gizi hari ini,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam membentuk dapur umum mandiri yang akan menjadi pusat penyediaan makanan bergizi, dengan dukungan dari BGN dan pemerintah pusat.
Sementara itu, Ari Yulianto selaku Analis Kebijakan Madya BGN menyampaikan bahwa program ini menyasar berbagai kelompok rentan, mulai dari siswa PAUD hingga SMA, pondok pesantren, ibu hamil, ibu menyusui, hingga balita.
“Tujuan utama MBG bukan sekadar pemenuhan gizi, tapi juga memberdayakan ekonomi lokal. Satu dapur MBG dapat menyerap hingga 50 tenaga kerja, termasuk juru masak, sopir, dan pengelola logistik,” jelas Ari.

Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp15.000 per anak per hari—Rp10.000 untuk makanan dan Rp5.000 untuk operasional. Ditargetkan, program ini akan menjangkau hingga 17 juta penerima manfaat secara nasional pada tahun 2025.
Saat ini, sebanyak 1.542 unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah dibangun melalui dana APBN. Sisanya akan dikembangkan melalui kolaborasi antara masyarakat dan dunia usaha.
Tenaga kesehatan dari Puskesmas Tanah Putih, Weni Indriani, mengapresiasi program ini yang dinilainya sebagai inovasi baru di Indonesia dalam menjawab tantangan stunting dan ketahanan pangan.
“Masyarakat dapat berkontribusi langsung dengan menyuplai bahan pangan lokal seperti ayam, ikan, dan sayuran. Ini bukan hanya meningkatkan gizi, tapi juga pendapatan warga,” jelas Weni.
Dengan dimulainya sosialisasi MBG di Teluk Mega, warga diharapkan segera membentuk tim kerja dan merancang dapur umum lokal. Dukungan dari masyarakat dan pemerintah daerah menjadi kunci sukses pelaksanaan program ini secara berkelanjutan.
Langkah kolaboratif ini diharapkan tak hanya menyelamatkan generasi masa depan dari ancaman kekurangan gizi, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat desa.(*)