KAMPAR - Di sudut Kabupaten Kampar, Riau, Desa Koto Masjid sukses menjelma menjadi destinasi wisata yang memikat. Bahkan desa wisata yang lebih dikenal sebagai Kampung Patin ini berhasil bertransformasi menjadi Kampung Wisata Edukasi Perikanan.
Seperti yang disampaikan tokoh masyarakat, Suhaimi kepada halloriau.com. Mereka yang tinggal di sini dulunya warga yang terdampak dari pembangunan Waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang tahun 1989-1992. Kampung asli mereka tenggelam. Setidaknya ada 10 desa yang direlokasi.
Sebagian warga kemudian bermukim di kampung yang kini dikenal sebagai Desa Koto Majid. Di tempat yang baru, warga berinisiatif untuk memanfaatkan sumber daya air yang melimpah. Mereka kemudian membuat kolam di rumah masing-masing dan membudidayakan ikan, seperti nila, mas, patin dan jenis ikan lainnya.
Seiring berjalannya waktu, usaha ikan patin lebih dilihat punya prospek yang lebih baik, sehingga terus berkembang hingga hari ini. Sehingga Desa Koto Mesjid dinobatkan sebagai Kampung Patin. Saat ini 160 hektare kolam ikan patin di desa ini, dengan total produksi ikan segar rata-rata bisa mencapai 15 ton setiap hari.
Karena itu, Suhaimi membuka usahanya dibidang pembudidayaan dan pengolahan ikan patin. Usaha yang diberi nama Graha Pratama Fish itu, dari tahun 2002 hingga sekarang semakin berkembang dan luas pemasarannya.
“Awal saya merintis usaha 23 tahun lalu. Mulai dari penyediaan ikan segar hingga hilirisasi olahan ikan patin. Semakin ke sini jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat, salah satu faktornya karena Tol Pekanbaru-XIII Koto Kampar,” katanya, Minggu (23/3/2025).
Suhaimi menyediakan ragam produk olahan patin di gerai oleh-olehnya di Kampung Patin. Seperti abon, daging filet, bakso, kerupuk kulit, nugget, yang semuanya berasal dari ikan patin. Harga produk juga bervariasi, mulai dari Rp20 ribu hingga Rp35 ribu per bungkus.
“Abon dan kerupuk kulit patin favorit pengunjung. Jadi kalau wisatawan datang itu habis semua diborong, omzet Rp2 juta sampai Rp 3 juta sehari. Pernah juga kalau lagi ramai pernah sampai Rp6 juta,” cerita Suhaimi.
Selain itu, bisnis patin segar miliknya juga masih berjalan. Kebanyakan pembelinya berasal dari Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Dimudahkan Pembayaran non-tunai
Di era serba digital ini, penggunaan pembayaran non-tunai seperti dengan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) dianggap efisien bagi pelaku UMKM di Desa Wisata Kampung Patin. Gerai Oleh-oleh milik Suhaimi misalnya, kebanyakan transaksi melalui pembayaran nontunai.
"Karena banyak juga pengunjung atau wisatawan berbelanja dengan pembayaran pakai QRIS. Mereka terbiasa tidak membawa uang cash dalam jumlah banyak. Jadi kalau mampir, apalagi untuk beli oleh-oleh. Lebih praktis bayar pakai QRIS," katanya. Dirinya sudah merasakan manfaat pakai QRIS BRI sejak tahun 2022.
Dengan QRIS ini pembeli cukup scan barcode yang tersedia di meja kasir Graha Fish Pratama. Uang nanti langsung dikirim ke rekening usaha. Sehingga lebih aman dan efisien.
Kemudahan pembayaran juga dirasakan Dede Firmanyah, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Riau. Sebelum Ramadan 1446 H/2025 M, dirinya sempat mampir ke Gerai Oleh-oleh Graha Fish Pratama Kampung Patin. Dirinya juga nyaman untuk bertransaksi menggunakan QRIS atau pembayaran digital.
“Kita mendukung pihak bank membantu pelaku UMKM untuk menyediakan pembayaran digital, contohnya di lokasi wisata Kampung Patin Kampar. Karena wisatawan sekarang khususnya domestik sudah banyak terbiasa cashless. Jadi tidak mengandalkan uang tunai lagi. Makanya ada wisatawan itu bisa tidak jadi berbelanja kalau gerai atau kios di lokasi wisata tidak menyediakan pembayaran digital,” sebut Dede, Selasa (25/3/2025).
Sementara itu, Regional Chief Executive Officer (RCEO) BRI Pekanbaru, Reza Syahrizal Setiaputra menuturkan pihaknya terus membantu pemerintah dalam mengkampanyekan pembayaran digital atau nontunai. Dengan menyediakan berbagai alat pembayaran dan layanan digital ke UMKM atau Merchant BRI. Seperti mesin electronic data capture (EDC) dan QRIS BRI.
“Sekarang era cashless, semua transaksi bisa dilakukan lewat ponsel. Kami terus dorong layanan digital seperti BRImo, EDC, QRIS dari BRI untuk meminimalisir uang cash. Apalagi saat libur panjang Lebaran ini, saran kami lebih nyaman menggunakan pembayaran digital, lebih praktis,” ujarnya di sela kegiatan buka bersama jurnalis, Rabu (26/3/2025).
Selain itu kata Reza Syahrial, untuk jumlah merchant BRI di Riau mengalami pertumbuhan rata-rata 5 persen setiap tahun. Tahun ini pihaknya akan memaksimalkan penambahan merchant dan juga volume transaksi digitalnya.
Penulis: Riki