PEKANBARU - Mitigasi bencana menjadi salah satu kunci utama dalam upaya mengurangi risiko dan dampak bencana alam di Indonesia.
Dengan kondisi geografis yang rawan gempa, banjir, longsor, hingga erupsi gunung api, peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dinilai semakin mendesak.
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko dan dampak bencana, sementara kewaspadaan terhadap hoaks kebencanaan adalah bagian penting dari mitigasi non-fisik, yang berfokus pada keselamatan informasi dan mencegah kepanikan.
Mitigasi bencana tidak hanya berkaitan dengan pembangunan infrastruktur yang aman, tetapi juga mencakup pemahaman masyarakat terhadap risiko bencana di wilayahnya masing-masing. Edukasi mengenai potensi bahaya, jalur evakuasi, serta kesiapan peralatan darurat menjadi langkah dasar yang perlu dipahami sejak dini.
Pentingnya masyarakat mengetahui tindakan yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi.
Sebelum bencana, masyarakat diimbau untuk mengenali tanda-tanda alam dan mengikuti peringatan dini dari instansi terkait.
Saat bencana berlangsung, keselamatan diri harus menjadi prioritas utama dengan mengikuti prosedur evakuasi yang telah ditetapkan. Sementara setelah bencana, warga diminta tetap waspada terhadap potensi bahaya susulan serta mengikuti arahan petugas.
Disisi lain, maraknya hoax dan mis informasi kebencanaan menjadi tantangan tersendiri. Informasi palsu yang beredar melalui media sosial kerap menimbulkan kepanikan dan kebingungan di tengah masyarakat, bahkan dapat menghambat proses penanganan bencana.
Pemerintah dan lembaga kebencanaan mengajak masyarakat untuk mencari informasi dari salah satu sumber resmi seperti BMKG, BNPB, dan pemerintah daerah. Masyarakat juga dihimbau untuk memverifikasi setiap informasi sebelum membagikannya serta tidak mudah percaya pada pesan berantai yang tidak jelas sumbernya.
Dengan meningkatkan kesadaran mitigasi bencana dan kewaspadaan terhadap hoax, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif dalam menciptakan ruang informasi yang sehat sekaligus memperkuat ketangguhan bersama dalam menghadapi potensi bencana alam

Langkah-langkah Mitigasi Fisik (Struktural)
Menghindari pembangunan di area rawan: Tidak membangun pemukiman di zona bahaya seperti lereng rawan longsor atau pesisir rawan tsunami.
Pembangunan infrastruktur tahan bencana: Membangun rumah dengan pondasi kuat, menerapkan Sistem drainase yang tepat, dan membuat terasering di lahan miring.
Reboisasi: Melakukan penghijauan dengan tanaman berakar dalam di area tangkapan air atau lereng gunung.
Langkah-langkah Mitigasi Non-Fisik (Kultural), yakni penyediaan informasi dengan menyediakan peta kawasan rawan bencana dan mensosialisasikannya kepada masyarakat. Edukasi dan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat melalui simulasi dan pelatihan kesiapsiagaan bencana. Peningkatan kemampuan dengan mempersiapkan masyarakat untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari saat bencana terjadi.
Waspada Hoax Kebencanaan
Penyebaran informasi palsu (hoax), disinformasi dan misinformasi selama atau setelah bencana dapat memperburuk situasi darurat, menghambat upaya penyelamatan, dan menciptakan kepanikan massal.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) secara aktif mengimbau masyarakat untuk selalu memverifikasi informasi.
Cara Memeriksa dan Memerangi Hoax Bencana
Prioritaskan sumber resmi dengan selalu merujuk pada informasi dari lembaga pemerintah yang berwenang di bidang kebencanaan, seperti peringatan dini cuaca yang akan terjadi dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), dan Informasi tentang aktivitas vulkanik dan gerakan tanah melalui PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) sehingga masyarakat bisa melakukan tindakan preventif pada saat gempa / Tsunami terjadi
Informasi umum kebencanaan dan penanggulangan melalui BNPB atau BPBD setempat.
Cek melalui aplikasi resmi dengan memanfaatkan aplikasi dan situs web resmi seperti inaRISK Personal atau PetaBencana.id untuk memantau situasi secara real-time.
Verifikasi sebelum membagikan. jangan langsung membagikan pesan berantai atau unggahan media sosial yang belum terkonfirmasi kebenarannya. Berita bohong seringkali memicu kepanikan dan mengalihkan perhatian dari instruksi keselamatan yang sah.
Laporkan informasi palsu, jika menemukan dugaan informasi palsu, laporkan ke pihak berwenang atau melalui fitur pelaporan di platform media sosial untuk membantu mencegah penyebaran lebih lanjut.
Pemerintah melalui BNPB dan BMKG menekankan bahwa hoaks di tengah bencana sangat berbahaya karena dapat memicu kepanikan massal, menghambat penyelamatan dan menimbulkan ketidakpercayaan.
Dengan menggabungkan kesiapsiagaan fisik dan literasi media yang kuat, masyarakat dapat lebih tangguh dalam menghadapi ancaman bencana di Indonesia
Di tengah meningkatnya aktivitas vulkanik dan cuaca ekstrem di Indonesia pada penghujung tahun 2025, masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap persebaran hoaks kebencanaan. Sebab, hingga pertengahan Desember 2025, berbagai informasi palsu yang menyesatkan telah terdeteksi, mulai dari prediksi tsunami fiktif hingga manipulasi video bencana lama.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya pada hoaks yang sering muncul setelah bencana, seperti isu sesat mengenai tsunami akibat Sesar Sumatera. Masyarakat diharapkan tetap tenang namun waspada dengan memantau saluran informasi resmi:
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa kepatuhan terhadap instruksi pemerintah daerah dan peringatan dini BMKG adalah kunci utama untuk menekan jumlah korban jiwa. Pemerintah pusat juga terus memperkuat mitigasi, termasuk operasi modifikasi cuaca di wilayah terdampak parah di Sumatera.(adv)