PADANG – Langit Sumatera Barat akhirnya meneteskan hujan setelah sekian lama dilanda kekeringan. Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang digelar oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sukses menghadirkan hujan di sejumlah wilayah yang terdampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Posko OMC yang berpusat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang Pariaman, melaporkan bahwa hujan mulai mengguyur Kabupaten Solok usai penyemaian awan menggunakan satu ton garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl) pada Jumat (25/7) pukul 11.05 WIB. Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang juga turun di Kabupaten Lima Puluh Kota setelah penyemaian tahap kedua pada pukul 14.20 WIB.
"Alhamdulillah, sudah mulai hujan di sini," ungkap Kepala Pelaksana BPBD Lima Puluh Kota, Rahmadinol, saat dikonfirmasi wartawan.
Rahmadinol menjelaskan bahwa hujan berlangsung selama sekitar 30 menit dan mencakup beberapa wilayah, terutama di Kecamatan Harau. Wilayah yang menerima curah hujan antara lain Nagari Bukik Balang, Bukik Limbuku, Koto Tuo, Lubuk Batingkok, dan Sarilamak. Sementara Nagari Tarantang dan Gurun mengalami gerimis, dan Nagari Harau masih belum turun hujan. Hujan juga dilaporkan terjadi di Kecamatan Luak dan Lareh Sago Halaban.
Operasi hari pertama ini melibatkan total penyemaian tiga ton garam dapur yang disebarkan di langit Solok dan Lima Puluh Kota. Proses dilakukan menggunakan pesawat Cessna Grand Caravan 208B PK-NGT yang terbang dari Bandara Internasional Minangkabau.
Menurut Kepala BMKG Stasiun BIM, Desindra Deddy Kurniawan, kegiatan ini sangat krusial mengingat curah hujan di wilayah Sumbar berada dalam kondisi sangat rendah.
“Beberapa daerah sudah lebih dari 60 hari tidak diguyur hujan. Situasi ini sudah mendekati ekstrem, terutama di Lima Puluh Kota dan Solok,” ujarnya dikutip dari detiksumut.
Ia menambahkan bahwa Juli merupakan puncak musim kemarau, dan kondisi kering ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga September 2025. Namun, munculnya bibit awan di Solok hari ini menjadi pertanda positif.
“Ini peluang besar untuk intervensi menggunakan OMC agar mempercepat turunnya hujan,” tambah Desindra.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Sumatera Barat, Rudy Rinaldy, menyebut hingga akhir Juli ini, terdapat delapan daerah di Sumbar yang mengalami Karhutla. Daerah-daerah tersebut antara lain: Pesisir Selatan, Kota Padang, Payakumbuh, Lima Puluh Kota, Solok, Padang Pariaman, Pasaman, dan Tanah Datar.
“Dua daerah yakni Lima Puluh Kota dan Solok sudah menetapkan status Tanggap Darurat selama dua pekan,” kata Rudy.
Ia mengungkapkan bahwa Karhutla diduga kuat terjadi akibat praktik pembukaan dan pembersihan lahan dengan cara dibakar. Hingga saat ini, luas lahan yang terbakar diperkirakan sudah mencapai lebih dari 500 hektar, namun angka tersebut masih bersifat sementara karena tim masih fokus melakukan pemadaman.
Pemerintah provinsi juga telah menyiapkan Surat Keputusan Siaga Darurat serta mengirimkan armada pengangkut air ke lokasi terdampak. Namun, tantangan masih besar karena banyak titik api berada di daerah perbukitan dan sulit dijangkau kendaraan.
Operasi Modifikasi Cuaca akan terus berlangsung hingga Selasa (29/7/2025). Pemerintah berharap hujan buatan ini dapat membantu menekan penyebaran titik api dan memperbaiki kualitas udara yang menurun drastis dalam beberapa pekan terakhir.
Dengan keberhasilan awal ini, pemerintah dan masyarakat Sumatera Barat menaruh harapan besar pada kelanjutan OMC sebagai solusi sementara yang efektif untuk meredam ancaman Karhutla di tengah puncak kemarau. (*)