AGAM - Gunung Marapi yang berada di perbatasan Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar) kembali mengalami erupsi hingga Minggu (21/9/2025).
Erupsi disertai lontaran abu vulkanik hingga mencapai ketinggian sekitar 1.000 meter atau 1 kilometer di atas puncak.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hadi Wijaya mengatakan, erupsi kali ini merupakan yang terbesar dalam sepekan terakhir.
"Dengan kondisi ini, status Gunung Marapi ditetapkan pada level II atau Waspada," ucapnya.
Hadi menegaskan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan, terlebih erupsi terjadi di tengah musim hujan.
Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan banjir lahar dingin yang bisa mengancam permukiman di bantaran sungai berhulu dari kawasan Marapi.
"Kami mengimbau masyarakat agar berhati-hati dan waspada terhadap bahaya lahar dingin," tuturnya.
PVMBG juga melarang masyarakat maupun wisatawan melakukan aktivitas dalam radius 3 kilometer dari kawah.
Berdasarkan pengamatan, aktivitas kegempaan di Marapi menunjukkan adanya gempa harmonik hingga 21 kali, disertai gempa frekuensi rendah (low frequency).
"Artinya aktivitas di permukaan sudah bergerak," jelas Hadi.
Menurutnya, ancaman utama dari erupsi Gunung Marapi adalah abu vulkanik dan material kerikil bersuhu tinggi.
Jika turun hujan, risiko lahar dingin semakin besar. Selain itu, hujan abu juga bisa berdampak pada kesehatan pernapasan.
"Kami mengingatkan masyarakat untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut guna mencegah ISPA," tambahnya.
PVMBG memastikan pemantauan terhadap aktivitas Gunung Marapi dilakukan 24 jam penuh. Laporan terkait perkembangan erupsi juga sudah disampaikan kepada Mendagri, Tito Karnavian.
"Kami berharap masyarakat disiplin mengikuti rekomendasi yang sudah kami keluarkan," tutupnya.