PADANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatra Barat mencatat bencana alam yang terjadi pada Kamis (27/11/2025) meluas dari sebelumnya 13 kabupaten/kota menjadi 14 kabupaten. Peristiwa ini menyebabkan 13 warga meninggal dunia.
Kepala Pelaksana BPBD Sumbar, Era Sukma, menyampaikan bahwa daerah terbaru yang melaporkan kejadian bencana adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Berdasarkan data sebelumnya, 13 daerah terdampak bencana banjir, tanah longsor, angin kencang, dan pohon tumbang meliputi Kota Padang, Solok, Padang Panjang, Pariaman, Bukittinggi, Kabupaten Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Pesisir Selatan, Pasaman, Lima Puluh Kota, dan Pasaman Barat.
“Hingga pukul 18.00 WIB, jumlah korban meninggal dunia tercatat 13 orang. Korban tersebar di Kota Padang, Kabupaten Agam, dan Kota Padang Panjang,” katanya.
Era menjelaskan, Kota Padang dan Kabupaten Agam menjadi wilayah terdampak paling parah, terutama akibat banjir bandang. Kondisi itu terlihat dari material berupa kayu-kayu berukuran besar yang terbawa arus sungai.
“Data ini akan terus kami perbarui. Sampai sekarang, personel BPBD bersama SAR, TNI, dan Polri masih melakukan penanganan bencana yang tersebar di 14 kabupaten/kota,” tegasnya.
Sementara itu, Gubernur Sumbar Mahyeldi meninjau langsung kawasan terdampak banjir bandang (galodo) di Jorong Toboh, Nagari Malalak Timur, Kabupaten Agam. Bencana tersebut mengakibatkan dua warga meninggal dunia dan satu orang lainnya masih dalam pencarian. Puluhan rumah juga dilaporkan mengalami kerusakan berat.
Dalam kunjungan tersebut, Mahyeldi menginstruksikan perangkat daerah untuk memprioritaskan penyelamatan korban serta pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.
“BPBD dan relawan kami minta fokus pada penyelamatan korban dan kebutuhan dasar masyarakat. Setelah itu baru penanganan lanjutan. Kasihan masyarakat,” ujarnya.
Ia juga meminta agar layanan darurat segera tersedia, seperti pelayanan kesehatan, distribusi bantuan logistik, pendirian posko pengungsian, serta percepatan pendirian dapur umum.
“Dapur umum harus segera ada. Saya minta malam ini sudah berdiri,” tegasnya.
Bupati Agam, Benni Warlis, menjelaskan bahwa longsor di wilayah tersebut bukan kejadian pertama. Intensitas hujan yang sangat tinggi membuat kondisi semakin parah.
Penanganan darurat telah dilakukan sejak awal, termasuk pendistribusian selimut dan sembako.
“Sebelumnya masih bisa kami tangani, namun hujan lebat memicu longsor yang lebih besar. Longsor kedua inilah yang menyebabkan dua korban meninggal dan satu orang masih dicari,” jelasnya.
Benni berharap dukungan tambahan dari Pemerintah Provinsi Sumbar, terutama terkait pembukaan akses jalan dan penanganan warga yang masih terdampak.