SELATPANJANG - Di negeri seluas Indonesia, dengan beragam tantangan sosial dan geografis, sosok polisi sering kali menjadi ujung tombak pelayanan masyarakat. Namun sayangnya, sorotan publik kerap hanya tertuju pada segelintir oknum yang menyimpang. Satu kesalahan bisa memburamkan seribu pengabdian.
Padahal, masih banyak anggota Kepolisian Republik Indonesia yang bekerja dalam diam, mengabdi dengan sepenuh hati tanpa pamrih, bahkan hingga ke tempat-tempat paling terpencil di Tanah Air.
Mereka yang tidak pernah tampil di layar kaca. Tidak viral di media sosial. Tidak memamerkan seragam atau pangkat. Tapi mereka hadir—menjadi bagian dari denyut kehidupan masyarakat, memberi solusi, harapan, dan perlindungan.
Di ujung utara Provinsi Riau, tepatnya di Desa
Salah satu cerita pengabdian yang layak ditulis dengan tinta emas adalah kisah Aipda Ashobirin, seorang anggota Polri yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di Desa Bokor, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti. Sebuah desa kecil di pulau terluar Riau yang langsung berhadapan dengan Selat Melaka, pulau yang menjadi benteng terakhir di Selat Melaka dan teras. NKRI. Di tempat inilah, Ashobirin memaknai tugasnya bukan sekadar patroli atau mencatat laporan. Ia menjadikan pos Bhabinkamtibmas sebagai pusat literasi dan harapan baru bagi anak-anak desa.
Dari Pos Polisi Jadi Pustaka Digital
Berangkat dari keprihatinan akan akses pendidikan yang terbatas, serta minimnya bahan bacaan untuk anak-anak di desa tersebut, Aipda Ashobirin mulai menghimpun buku-buku. Ia menyulap ruang sempit pos polisi menjadi "surga kecil" literasi digital, lengkap dengan rak buku, komputer, akses internet, dan berbagai materi pembelajaran.
Di sebuah pulau kecil yang menghadap langsung ke Selat Melaka, jauh dari hiruk pikuk kota, ada sebuah pos polisi yang tidak biasa. Bukan karena bentuk bangunannya yang megah, bukan pula karena jumlah anggotanya yang banyak. Tapi karena pos itu kini menjadi tempat paling ramai dikunjungi anak-anak setiap sore. Mereka datang bukan untuk mengadukan kehilangan, bukan pula karena ada keributan. Mereka datang untuk membaca buku, membuka komputer, dan meraih masa depan.
Inilah cerita tentang Aipda Ashobirin, anggota Bhabinkamtibmas di Desa Bokor, Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti—sebuah pulau di beranda utara NKRI, tempat di mana banyak hal terasa jauh, kecuali semangat untuk belajar.
Dari Pos Sunyi Jadi Rumah Ilmu
Pada mulanya, Pos Bhabinkamtibmas itu hanya tempat bertugas biasa. Tempat Ashobirin memulai hari dengan patroli dan menyambangi warga. Namun di sela tugas rutinnya, ia menyaksikan banyak anak-anak duduk di tangga rumah, memegang buku yang lusuh, mengulang bacaan dari kelas kemarin.
Sebagai seorang ayah dan warga yang tinggal di tengah masyarakat, hatinya tergugah. Ia pun memulai dari hal paling sederhana: meminjamkan buku koleksinya kepada anak-anak sekitar. Pos yang tadinya sepi, mulai berubah wajah. Anak-anak datang, membaca bersama, mendengarkan cerita. Dan sejak saat itu, Ashobirin tak hanya menjadi polisi, tapi juga guru, pustakawan, sekaligus teman belajar.
Kini, pos itu telah menjelma menjadi Pustaka Digital Pos Bhabinkamtibmas. Dengan dukungan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kepulauan Meranti serta bantuan dari Perpustakaan Nasional RI, lebih dari 1.000 buku dan rak kayu hadir di ruang kecil tersebut, memperkuat program "Pustaka Digital" yang ia gagas sendiri.
Tak hanya itu, ia juga menyediakan komputer, koneksi internet, dan akses literasi digital yang sulit ditemukan di tempat terpencil sekelas Bokor. Kini, tempat itu menjelma menjadi oase pengetahuan dan literasi digital bagi anak-anak pulau terpencil.
"Dulu kami hanya dengar YouTube dari HP orang. Sekarang kami bisa buka Google sendiri," ucap Ridho, siswa kelas 5 SD sambil tersenyum malu.
Dijelaskan Birin dengan hadirnya 1.000 buku bacaan, masyarakat dan anak-anak di Desa Bokor kini memiliki akses yang lebih mudah terhadap bahan bacaan bermutu.
Keberadaan taman baca ini diharapkan membawa berbagai manfaat dan diharapkan dapat semakin memudahkan akses masyarakat, untuk memperluas cakrawala pengetahuan.
"Tentunya dengan ketersediaan buku yang sudah banyak ini bisa meningkatkan minat baca, menyediakan akses mudah ke buku dan bahan bacaan bagi masyarakat, khususnya anak-anak. Selain itu, tentu meningkatkan kemampuan literasi, dan membantu meningkatkan pemahaman bacaan dan kemampuan literasi dasar," terangnya
Setiap hari, pos kecil itu kini dipenuhi oleh suara anak-anak yang membaca, tertawa, dan belajar. Mereka datang setelah pulang sekolah atau di akhir pekan, sebagian besar tanpa diminta. Di sana mereka belajar membaca, menulis, bahkan menggunakan komputer dan internet dasar—kemewahan yang sebelumnya tak pernah mereka sentuh.
"Kami ingin anak-anak di pulau terluar ini tidak tertinggal dalam hal literasi dan teknologi. Mereka juga punya hak untuk belajar dan berkembang seperti anak-anak lain di perkotaan," ucap Birin sambil menunjukkan beberapa komputer dan buku yang kini menghiasi sudut ruangan.

Tak sekadar bacaan hiburan, buku-buku yang tersedia merupakan Bahan Bacaan Bermutu (BBB)—dari buku cerita anak, pengetahuan umum, agama, hingga keterampilan praktis. Beberapa buku digital juga tersedia dalam perangkat yang bisa diakses anak-anak secara bergantian.
Program ini tak hanya memberikan akses literasi, tetapi juga membangkitkan kepercayaan diri anak-anak dan memperluas wawasan mereka. Berbagai kegiatan seperti kelas membaca, lokakarya komputer, sesi bimbingan belajar, hingga diskusi mingguan membuat tempat ini lebih dari sekadar taman baca—ia menjadi pusat pertumbuhan karakter dan mimpi.
Menurut Birin, kehadiran buku dan akses informasi di desa pesisir seperti Bokor memiliki dampak yang luar biasa. "Meningkatkan minat baca, memberikan akses mudah ke informasi, dan memperkuat kesadaran pendidikan adalah langkah awal dari perubahan besar," katanya.
Lebih dari itu, Pos Literasi ini menjadi ruang interaksi generasi muda dengan masyarakat, tempat bertukar ide, serta menumbuhkan kreativitas dan imajinasi.
Program literasi ini merupakan bagian dari visi besar "Indonesia Emas", yang salah satu pilarnya adalah meningkatkan akses literasi di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Desa Bokor termasuk dalam wilayah yang secara geografis sulit dijangkau, namun penuh semangat dan potensi.
"Literasi adalah fondasi dari peradaban. Ketika anak-anak kami mampu membaca, memahami, dan berpikir kritis, maka mereka sedang membangun masa depan desa ini, bahkan bangsa ini," tambah Birin dengan mata berbinar.
Dengan fasilitas yang kini tersedia, masyarakat Bokor mulai merasakan manfaat nyata. Ibu-ibu rumah tangga juga kadang datang untuk membaca buku parenting atau memasak. Para pemuda belajar desain sederhana dan presentasi.
Jejak pengabdian Aipda Ashobirin menjadi bukti bahwa perubahan besar tidak selalu dimulai dari pusat. Dari sebuah pos kecil di pelosok Meranti, api semangat itu menyala, menular ke anak-anak yang mulai percaya bahwa dunia lebih luas dari sekadar batas pulau mereka.
Pos Bhabinkamtibmas Desa Bokor kini bukan hanya tempat menjaga keamanan, tapi tempat menyalakan harapan. Dan siapa sangka, semua itu dimulai dari satu niat tulus, dan satu orang yang tak ingin membiarkan anak-anak tumbuh tanpa buku.
Karena di mata Aipda Ashobirin, literasi adalah keamanan jangka panjang—yang menjamin ketertiban, peradaban, dan masa depan.
Literasi dari Ujung Negeri
Di kota, perpustakaan mungkin hanya bangunan sunyi yang jarang dikunjungi. Tapi di Bokor, pustaka kecil itu menjadi simbol harapan. Anak-anak tak hanya membaca. Mereka berdiskusi, menulis cerita, membuat tugas sekolah, bahkan mencoba mengetik puisi di komputer.
Setiap hari, pos itu dipenuhi anak-anak. Ada yang datang sepulang sekolah, ada yang baru belajar membaca, dan ada pula yang belajar mengetik untuk pertama kalinya. Mereka membaca bersama, menyimak cerita, menonton tayangan edukatif. Suasana pos yang dulunya sepi kini berubah menjadi rumah belajar penuh semangat dan tawa.
Ashobirin menyadari bahwa literasi hari ini adalah bekal utama menghadapi masa depan. Dunia berubah, dan anak-anak pulau tak boleh tertinggal. Maka setiap harinya, selepas tugas pengamanan, ia kembali ke pos, menyambut anak-anak yang telah menunggu di depan pintu.
"Saya hanya ingin mereka tahu bahwa belajar itu menyenangkan. Dan meski kami di pulau, kami tidak kalah," ucapnya pelan.
Tugas yang Lebih dari Sekadar Seragam
Sebagai anggota Polri, Ashobirin sadar tugasnya tidak hanya menegakkan hukum. Di tempat penugasan yang jauh dari pusat, ia juga adalah bagian dari komunitas—penyambung harapan, penyangga semangat.
Apa yang dilakukan Aipda Ashobirin adalah potret lain dari wajah polisi yang jarang tersorot media. Bukan hanya penindak, tapi pelindung. Bukan hanya penegak hukum, tapi perawat masa depan.
Ia tahu, membangun kepercayaan masyarakat tidak selalu lewat operasi besar. Tapi bisa juga lewat membacakan cerita rakyat kepada anak-anak sambil menunggu matahari tenggelam di balik laut.
Inspirasi dari Ujung Nusantara
Kini, Pos Bhabinkamtibmas Desa Bokor dikenal sebagai Pusat Literasi Digital. Menjadi rujukan dan kebanggaan masyarakat setempat. Bukan hanya karena ribuan buku dan komputer, tetapi karena ada niat baik yang konsisten dari satu orang polisi yang percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil.
Banyak tamu datang, sekadar ingin melihat perpustakaan unik ini. Namun bagi Ashobirin, bukan apresiasi yang ia cari. "Kalau anak-anak bisa sekolah lebih tinggi dari saya, itu sudah cukup. Saya akan pulang dengan tenang suatu hari nanti," katanya sambil tersenyum.
Di saat sebagian orang mengeluh tentang keterbatasan, Ashobirin memilih menjadi solusi. Di tengah keterpencilan, ia menyalakan api literasi. Dan di tengah stigma buruk terhadap institusinya, ia menghadirkan wajah baru Polri yang penuh empati dan pengabdian.
Dari Pos kecil di Desa Bokor, lahirlah mimpi-mimpi baru yang tak kalah tinggi dari gedung pencakar langit di kota. Semua berawal dari satu pertanyaan sederhana: Jika tidak sekarang, kapan? Jika bukan kita, siapa?
"Karena polisi bukan hanya menjaga malam tetap tenang, tapi juga menjaga mimpi anak-anak tetap hidup." – Aipda Ashobirin
Mewarnai Masa Depan dari Pulau Teras NKRI
Ashobirin menyadari, kemajuan bangsa tak hanya dibangun dari gedung-gedung tinggi di kota besar, tetapi juga dari semangat anak-anak yang belajar di ujung negeri. Mereka adalah generasi penerus yang harus dibekali bukan hanya dengan keberanian, tetapi juga dengan ilmu dan karakter.
Ia tak hanya memberikan ruang, tetapi juga kepercayaan. Bahwa meskipun mereka lahir di pulau kecil, anak-anak Bokor berhak bermimpi besar. Literasi digital yang ia kenalkan menjadi jendela untuk melihat dunia. Ia ingin mereka tumbuh percaya diri, mampu bersaing, dan menjadi pribadi yang berguna bagi desa dan bangsa.
"Tugas saya bukan hanya menjaga keamanan, tapi juga menjaga harapan mereka tetap menyala," ungkap Ashobirin dalam sebuah wawancara. Kalimat itu singkat, tapi menyimpan makna yang begitu dalam tentang esensi menjadi polisi.
Lebih dari Seragam dan Pangkat
Apa yang dilakukan Aipda Ashobirin adalah salah satu dari ribuan kisah pengabdian personel Polri yang bekerja dalam sunyi. Mereka yang membaur, turun ke lapangan, dan mengukir kontribusi nyata di luar tugas pokok institusi. Ada yang membantu memperbaiki jalan, ada yang mengajarkan anak-anak membaca Al-Qur'an, ada pula yang menginisiasi program asuransi bagi nelayan.
Mereka hadir bukan hanya saat ada masalah. Mereka tinggal, hidup, dan menyatu dengan masyarakat. Menjadi tempat bertanya, tempat mengadu, dan bahkan teman bermain anak-anak di desa.
Ketika publik masih sibuk mencela karena ulah satu dua oknum, kisah seperti ini adalah pengingat bahwa institusi ini dibangun oleh begitu banyak orang baik. Mereka yang tidak ingin dipuja, cukup dipahami dan dihargai atas niat tulus mereka.
Polisi untuk Rakyat
Kepolisian bukan hanya tentang menegakkan hukum, tetapi juga tentang merawat kehidupan sosial. Menjadi garda terdepan yang tidak hanya menjaga ketertiban, tapi juga membangun harapan.
Sosok seperti Aipda Ashobirin membuktikan bahwa pengabdian seorang polisi bisa hadir dalam bentuk paling sederhana sekalipun—sebuah buku di tangan anak-anak, senyum saat belajar, dan cita-cita yang mulai dirangkai dari pulau kecil di ujung negeri.
Dan dari sana, kita belajar, bahwa sebaik-baiknya pengabdian adalah yang mampu menyentuh dan mengubah kehidupan orang lain, meskipun perlahan dan tanpa sorot cahaya kamera.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kepulauan Meranti, Atan Ibrahim yang telah berkunjung melihat fasilitas Pos Bhabinkamtibmas yang berbasis Informasi Teknologi (IT) itu mengapresiasi atas dibentuknya Pustaka digital di Pos Bhabinkamtibmas Desa Bokor, karena telah berperan mengembangkan perpustakaan sebagai pusat pengembangan pendidikan anak-anak pulau terluar.
"Kami merasa bangga atas dibangunnya Pos Bhabinkamtibmas dengan berbasis literasi digital ini, karena masyarakat sekarang sangat membutuhkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan wawasan," ungkap Atan.
Atan Ibrahim mengatakan, pihaknya sempat terpikir untuk membuat Pustaka Literasi Digital, namun ternyata inovasi tersebut sudah diwujudkan oleh Polsek Rangsang Barat di Pos Bhabinkamtibmas Desa Bokor.
"Semoga Pos Bhabinkamtibmas Desa Bokor ini dapat dikelola dengan baik sehingga pos ini dapat menjadi pusat literasi digital anak-anak pulau terluar. Kami Dinas Perpustakaan dan Kearsipan siap bekerjasama," ujar Atan Ibrahim.
Sementara itu, Kapolsek Rangsang Barat, Iptu Roly Irvan menjelaskan, Pos Bhabinkamtibmas Desa Bokor merupakan pilot project dalam pengembangan masyarakat, khususnya berkaitan dengan akses informasi dan pembelajaran. Pos ini didesain dalam bangunan unik menggambarkan budaya Desa Bokor sebagai tujuan wisata yang dibangun berkolabarasi dengan Pemdes Bokor.
"Pos Bhabinkamtibmas ini bukan hanya sekedar berfungsi menjaga situasi kamtibmas, akan tetapi juga sebagai tempat edukasi masyarakat di bidang pengetahuan literasi digital," ungkap Roly Irvan.
Saat ini Pos Bhabinkamtibmas Desa Bokor juga telah dilengkapi Wi-Fi sebagai sarana masyarakat daerah terluar meningkatkan literasi digital guna menghindari efek negatif dari internet, seperti hate speech berita hoax, judi online dan konten-konten negatif lainnya.
"Bhabinkamtibmas Desa Bokor sebagai sosok kehadiran Polri di pulau terluar. Hadir di tengah masyarakat untuk melakukan kegiatan positif dan menjamin situasi kamtibmas yang kondusif," papar Roly Irvan.
Penulis: Diana Sari
Editor: Barkah