PEKANBARU — Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bergerak cepat menanggapi laporan konflik satwa liar di Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) diduga memangsa ternak milik warga, memicu kekhawatiran di tengah masyarakat.
Kepala BBKSDA Riau, Supartono, dalam keterangan resminya pada Kamis (3/7), menyampaikan bahwa pihaknya menerima laporan awal dari staf konservasi perusahaan distrik Merawang pada Senin (30/6). Dalam laporan tersebut ditemukan bangkai seekor sapi dewasa yang diduga kuat menjadi korban serangan harimau.
"Kami mendapatkan informasi adanya temuan bangkai sapi di areal kebun milik warga. Dugaan sementara, sapi tersebut dimangsa harimau,” ujar Supartono.
Menindaklanjuti laporan tersebut, BBKSDA Riau melalui Seksi Konservasi Wilayah I Pelalawan langsung mengerahkan tim ke lokasi. Empat personel diturunkan dari Resor Kerumutan Utara, yakni Ahmad Fitriansyah, S.Si, Siswiyono, Ali Sonang Harahap, dan Bangkit Ahmad. Mereka bergabung bersama pihak perusahaan dan warga untuk melakukan pengamanan serta investigasi.
Setibanya di lokasi pada Selasa (1/7), tim gabungan segera melakukan penelusuran dan memasang camera trap (kamera pengintai) serta box trap (perangkap) untuk memantau pergerakan satwa buas tersebut. Sebagai umpan, petugas menggunakan potongan kaki belakang dari bangkai sapi yang telah ditemukan.
“Untuk menarik harimau mendekat, kami gunakan bagian tubuh sapi yang sebelumnya telah dimangsa,” jelas Supartono.
Sisa bangkai yang telah membusuk langsung dikuburkan agar tidak menarik predator lain.
Terekam Kamera, Harimau ‘Sampali’ Kembali Muncul
Upaya tersebut membuahkan hasil. Pada Rabu (2/7), rekaman dari camera trap memperlihatkan sosok seekor Harimau Sumatera jantan dewasa yang mondar-mandir di sekitar lokasi. Harimau tersebut dikenali sebagai ‘Sampali’, individu yang sebelumnya telah beberapa kali terekam kamera di lanskap hutan Kerumutan.
“Dari pola belang dan ciri khas tubuhnya, kami mengenali bahwa itu adalah Sampali. Ia merupakan harimau jantan yang telah beberapa tahun terakhir menghuni kawasan Kerumutan,” ungkap Supartono.
Meski mendekati area perangkap, Sampali tidak masuk ke dalam box trap. BBKSDA menduga ukuran perangkap terlalu kecil sehingga tidak cukup meyakinkan bagi harimau dewasa sekelas Sampali.
Supartono menjelaskan bahwa wilayah kejadian memang masih termasuk dalam bentang alam Kerumutan yang menjadi habitat alami harimau Sumatera. Namun, lokasi temuan sapi berada cukup dekat dengan permukiman warga.
“Kami menduga harimau ini mendekati permukiman karena tertarik pada sapi milik warga yang dilepasliarkan tanpa pengawasan. Ini menjadi pelajaran penting agar ternak dijaga dengan baik,” tegasnya.
Sebagai langkah antisipasi, BBKSDA Riau mengimbau warga agar lebih waspada, tidak panik, serta menghindari aktivitas seorang diri di luar rumah pada sore hingga malam hari. Warga juga diminta untuk mengkandangkan ternak di tempat yang tertutup dan aman.
Pihak BBKSDA saat ini masih terus melakukan pemantauan terhadap aktivitas harimau di wilayah tersebut. Evaluasi terhadap ukuran box trap juga akan dilakukan untuk meningkatkan efektivitas penanganan di lapangan.
“Kami akan menyesuaikan ukuran perangkap agar sesuai dengan tubuh harimau dewasa seperti Sampali. Keselamatan masyarakat dan kelestarian satwa tetap menjadi prioritas utama,” tutup Supartono dikutip dari MC.Riau. (*)