PEKANBARU — Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali menjadi ancaman serius di Provinsi Riau. Hingga Kamis (31/7), sejumlah wilayah masih dilanda kebakaran yang sulit dikendalikan akibat kondisi geografis dan cuaca ekstrem.
Salah satu lokasi terparah berada di Kecamatan Simpang Kanan, Kabupaten Rokan Hilir, yang sudah memasuki hari ketiga kebakaran. Asap pekat tampak membumbung dari lahan gambut yang terbakar. Meski satu unit helikopter water bombing telah dikerahkan bersama tim darat, kobaran api masih belum bisa dipadamkan sepenuhnya.
“Pemadaman masih berlangsung. Heli water bombing terus melakukan pengeboman air ke titik-titik api yang aktif,” ungkap Kabid Kedaruratan BPBD dan Damkar Riau, Jim Gafur dikutip dari rri.pekanbaru.
Wilayah Simpang Kanan memiliki medan sulit yang jauh dari akses jalan utama serta berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara, menyulitkan mobilisasi logistik dan personel pemadam.
Selain Simpang Kanan, titik api juga ditemukan di Kubu Babussalam, Rohil, yang telah terbakar selama dua hari. Kondisi serupa terjadi di Desa Sam Sam, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, di mana lahan gambut yang sangat kering mempercepat penyebaran api.
"Untuk di Bengkalis, dua helikopter water bombing dikerahkan langsung untuk menargetkan kepala api. Tercatat ada 25 kali pengeboman air dengan total lebih dari 100 ribu liter air yang dijatuhkan dalam dua sorti,” tambah Jim.
Sementara itu, Karhutla di Tanjung Peranap, Kepulauan Meranti dan Bayas, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) telah memasuki tahap pendinginan setelah terbakar selama enam hari. Namun, ancaman api masih mengintai karena suhu panas dan material gambut yang mudah terbakar kembali.
Di Batang Gangsal, Indragiri Hulu (Inhu), proses pemadaman juga terus dilakukan pada hari ketiga. Tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan Manggala Agni berjibaku memadamkan sisa-sisa api yang masih aktif.
BPBD Provinsi Riau mengeluarkan imbauan tegas kepada masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar lahan gambut, untuk tidak melakukan pembakaran dalam bentuk apa pun. Cuaca panas, angin kencang, dan minimnya curah hujan membuat penyebaran api terjadi sangat cepat.
“Kami mengimbau seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan agar meningkatkan kewaspadaan serta memperkuat sinergi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Karhutla,” ujar Jim.
Pemerintah daerah bersama instansi terkait kini terus memperkuat koordinasi lintas sektor. Penambahan armada udara dan pasukan darat menjadi opsi yang sedang dipertimbangkan untuk mempercepat proses pemadaman di titik-titik kritis. (*)