PEKANBARU - Pasca razia besar-besaran oleh Pemko Pekanbaru bersama tim gabungan beberapa waktu lalu ternyata tidak memberikan efek jera bagi Pak Ogah.
Hal ini terlihat dari aktivitas pak ogah yang masih standby di jalan Jenderal Sudirman tepatnya di di U-Turn depan Koki Sunda, Pekanbaru.
"Ini ironi ya, razia besar-besaran kemarin seharusnya memberi efek jera. Tapi kita lihat di media sosial itu masih muncul lagi, artinya razia itu belum efektif. Jangan sampai sudah berkali-kali ditertibkan, tapi tetap beraksi di titik yang sama," kata Andry Saputra, Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Selasa (28/10/2025).
Andry menilai, persoalan tersebut menjadi pekerjaan rumah besar yang harus ditangani pemerintah dalam menciptakan wajah Kota Pekanbaru yang tertib dan aman.
"Harapannya kalau sudah dirazia itu tak ada lagi bermunculan, jadi pemerintah harus memastikan agar Pak Ogah tidak lagi turun ke jalan. Kita ingin wajah Ibukota Provinsi Riau tidak semakin semrawut," ujarnya.
Ia juga mengaku miris melihat hasil Operasi Penertiban Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (P2KS) sebelumnya yang menemukan Pak Ogah membawa sabu. Menurutnya, temuan itu menjadi alarm serius bahwa fenomena Pak Ogah bukan hanya persoalan sosial, melainkan juga sudah menyentuh aspek keamanan dan potensi kriminalitas.
"Saya rasa ini bukan sekadar urusan ketertiban, tapi juga soal moral dan keamanan. Kalau sampai ada yang membawa narkoba, tentu ini membahayakan lingkungan dan merusak citra kota," ujarnya.
Ketua Partai Gerindra Pekanbaru ini pun mendorong Pemko Pekanbaru melalui OPD terkait beserta tim gabungan agar jangan berhenti pada satu-dua kali razia saja.
"Penertiban dilakukan secara berkelanjutan dan dibarengi dengan pendataan serta pembinaan sosial. Terus lakukan operasi menyasar Pak Ogah, lalu gepeng, anak jalanan, orang terlantar, manusia silver, hingga badut jalanan yang banyak memenuhi setiap persimpangan, U-Turn, bahkan pusat perbelanjaan," tegasnya.
Selain itu, DPRD Pekanbaru mengimbau masyarakat untuk tidak memberikan uang kepada Pak Ogah maupun pengemis di jalanan. Menurutnya, kebiasaan tersebut justru membuat keberadaan mereka semakin marak.
"Kalau masyarakat masih memberi uang, mereka akan tetap di situ. Jadi sebaiknya bantu lewat lembaga sosial atau sedekah terorganisir yang lebih tepat sasaran," pesan Andry.