www.halloriau.com


Ekonomi
BREAKING NEWS :
Cuaca Riau Hari Ini Cerah Berawan, Hujan Ringan Berpotensi di Beberapa Wilayah
 
Serumpun Paman Bahri, Menjaga Asa di Pesisir Timur Sumatera
Rabu, 29 Oktober 2025 - 20:54:12 WIB
PT KPI RU II Dumai melalui program Serumpun Paman Bahri menginisiasi pembuatan dermaga, APO, dan penanaman mangrove (foto/riki)
PT KPI RU II Dumai melalui program Serumpun Paman Bahri menginisiasi pembuatan dermaga, APO, dan penanaman mangrove (foto/riki)

Oleh Riki Ariyanto
Serumpun Paman Bahari bukti bahwa segala sesuatu di alam saling berhubungan. Sinergi inovasi sosial dan komitmen lingkungan bisa menjaga ekosistem yang berharga untuk masa depan.

DUMAI - Di bawah pondok kayu, Mahadar duduk bersila menikmati deburan ombak. Matanya menerawang ke arah air laut kecoklatan. Deburan air asin itu bergulung lalu menghantam pancang-pancang yang ada di tepian.

Tak jauh dari Mahadar duduk, tampak pula tanah yang retak, sebagian hilang terkikis gelombang. Sisi lain ada pohon-pohon sawit yang masih menjulang, walau tersisa semeter saja sisa tanah, sebelum nantinya amblas ditelan ganasnya lautan.

Mahadar adalah warga Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, Riau. Pria yang akrab disapa Pak Wali ini sudah puluhan tahun menjadi nelayan tradisional atau nelayan tangkap. Perahunya tidak begitu besar, bermesin 16 GT (Gross Tonnage) saja. Jadi kalau sedang musim ikan, hasil tangkapan juga lumayan. Cukup buat makan dan sedikit simpanan. Tapi itu dulu.

Kini diusianya yang menginjak 60 tahun, menjadi nelayan tidak lagi menjanjikan seperti masa lalu. Sudah banyak perubahan alam yang terjadi. Seperti abrasi yang telah menggerus sedikit demi sedikit tanah kelahirannya. Tiap tahun daratan kian menyusut. Melaut pun semakin jauh, tapi ikan tetap sulit didapat.

Mahadar hanya bisa mengelus dada setiap melihat hasil tangkapan yang tidak lagi sepadan. Bahkan yang mengkhawatirkan, ikan-ikan yang bernilai jual tinggi, sudah tidak pernah terjaring lagi.

“Sekarang ikannya tak menentulah. Kadang ada, kadang tidak. Ikan di sini makin lama makin berkurang. Ikan lebih banyak di daerah pulau, kita makin jauh melautnya. Kalau dapat (ikan) pun, cukup untuk makan,” ujar Mahadar saat berbincang-bincang pada Selasa (14/10/2025) lalu.

Maka itu mau tidak mau, Mahadar bersama nelayan lainnya harus mandah meninggalkan anak istri di rumah. Mandah ini istilah lokal yang berarti pergi melaut dengan cara berpindah-pindah, bisa berhari-hari atau sampai seminggu.

“Itu pun kadang tak cukup dapat ikan,” kata Mahadar sedih. Ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. “Bahkan ada ikan yang tak pernah nampak, macam ikan terubuk, jarang jumpe lagi. Paling yang dapat, macam ikan kurau, ikan senangin, atau ikan biang kuning. Padahal ikan terubuk tu yang mahal.”

sawit abrasi.jpg(Beberapa orang memancing dekat kebun sawit yang daratannya terkikis abrasi di Kelurahan Mundam, Dumai/foto-riki)

Mahadar tidak sendiri. Kekhawatiran itu pun dirasakan nelayan lainnya, Azwan. Bapak satu anak ini sejak lama dihantui kerisauan, takut hilang mata pencaharian dan kampung halamannya menjadi lautan.

“Waktu kecil saya ingat daratan masih ratusan meter dari rumah atuk (kakek) saya. Tetapi sekarang belakang rumah atuk cuma tersisa empat meterlah dari tepi laut. Entah berapa tahun lagi bisa bertahan itu rumah atuk kami,” katanya dengan logat khas Melayu pesisir Dumai.

Kalau mau mencari ikan pun, Azwan bersama nelayan lainnya harus berlayar hingga ke pulau-pulau yang jauh dari daratan utama. Itu pun hasil tangkapan tidak menentu.

Untung saja ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina terdekat tidak pernah putus. Setidaknya saat melaut dengan kapal bermesin 16 GT, paling sedikit butuh 10 sampai 15 liter solar per hari. Sementara Azwan bersama nelayan lainnya bisa berlayar hingga berhari-hari.

Azwan yang jadi nelayan sejak 2019 merasakan pendapatan yang dikumpulkan makin lama makin berkurang. Namun biaya hidup tetap terus berjalan. Mau mengeluh pun percuma. Mau mengadu pun entah kepada siapa.

“Kalau rata-rata sebulan bisa Rp1,5 juta sampai Rp2 juta. Kalau ditanya cukup, memang tak cukup. Tapi bagaimana lagi, yang penting bisa makan,” ujar lelaki 26 tahun itu.

Apalagi kalau musim angin kencang, Azwan terpaksa tidak melaut. Untuk mencari tambahan, ia biasa kerja serabutan, semisal jadi kuli bangunan. Itu semua dilakukan demi bisa membelikan beras dan lauk pauk untuk keluarnganya yang menunggu di rumah.

Bagi nelayan kecil seperti Azwan, laut merupakan denyut kehidupan. Namun di sisi lain, laut juga bisa menjadi ancaman, bila masalah ekologi tidak segera diatasi.

Azwan tidak mau gantung jaring atau berhenti jadi nelayan. Karena menjadi nelayan bagi masyarakat pesisir, bukan sekedar tentang mencari nafkah. Melainkan sebagai cara hidup yang diwariskan turun-temurun dan identitas masyarakat pesisir. Laut sudah menjadi bagian mereka dan harus dijaga.

Sebagai informasi, sepanjang September dan Oktober ini, gelombang air laut atau yang dikenal dengan banjir rob kembali melanda sejumlah kawasan pesisir di Kota Dumai. Bahkan banjir rob atau dikenal pasang keling yang bercampur lumpur masuk hingga ke dalam rumah penduduk di kawasan pesisir daerah yang dijuluki Kota Minyak itu.

Wilayah Mundam, merupakan salah satu dari empat kelurahan yang ada di Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, Riau. Kelurahan Mundam memiliki luas 38 kilometer per segi, dengan garis pantai 3 sampai 4 Kilometer (Km). Saat ini ada 1.500-an Kepala Keluarga (KK), 5 ribuan jiwa. Artinya dengan masalah ini setiap masyarakat Mundam dihantui kekhawatiran rumahnya bakal dikikis habis abrasi.

Hasil penelitian Lembaga Riset Ekologi menunjukkan rata-rata laju abrasi dalam kurun tahun 1990-2024 sebesar 0,22 m/tahun di Kelurahan Mundam. Dengan klasifikasi kondisi kerusakan abrasi tergolong berat. Perubahan garis pantai dalam kurun waktu tahun 1990-2024 yang terjadi di kelurahan ini sebesar 12,13 hektare (ha).

Namun di tengah situasi sulit itu, secercah harapan datang. PT Pertamina (Persero) melalui PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit (KPI RU) II Dumai (Kilang Pertamina Dumai), terpanggil untuk mencegah krisis ekologis di pesisir, khususnya Kelurahan Mundam.

Subholding BUMN yang beroperasi di pesisir timur Pulau Sumatera ini menawarkan pelbagai program yang disebut Bedelau Minapolitan. Dengan sub-program “Serumpun Paman Bahari", atau Sinergi Ekologi untuk Masyarakat Pesisir Unggul, Pangan mandiri dan Bahari Lestari. Program ini sebagai kegiatan tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) dengan konsep pengelolaan pesisir terpadu dengan memperkuat ketahanan dari ancaman abrasi.

dermaga.jpg
(Anggota Kelompok Mundam Jaya, Mahadar-kaos lengan panjang bersama Lurah Mundam Adi dan perwakilan Kilang Pertamina Dumai di dermaga yang dibangun perusahaan/foto-riki)

Seperti yang disampaikan Iwed Mulyani, Community Development Specialist CSR Kilang Pertamina Dumai. Ia fasilitator dalam program ini. Sejak tahun 2023, tim menyambangi desa dan melakukan pemetaan sosial. Tujuannya jelas bukan sekadar memberi bantuan, namun juga membangun ketahanan ekonomi dan ekologi masyarakat pesisir.

Awalnya tentu saja tak mudah. Karena selama ini masyarakat berpikir bantuan dari perusahaan itu harus berupa uang. Namun Kilang Pertamina Dumai ingin upaya yang dilakukan pemberdayaan masyarakat harus bisa berdampak untuk jangka panjang dan berkelanjutan.

“Kendala di awal itu masyarakat lebih menyukai bantuan charity atau bantuan uang langsung. Tetapi setelah kita negosiasi dan berikan pemahaman bahwa abrasi itu ancaman nyata bagi kehidupan mereka. Akhirnya masyarakat Mundam menerima dengan program Serumpun Paman Bahari yang kita tawarkan,” kata Iwed.

Kilang Pertamina Dumai mulai menjalankan program TJSL ini pada tahun 2023 hingga saat ini. Gebrakan awal yakni instalasi alat pemecah ombak (APO) Lancang Kuning menggunakan kayu nibung dan ban tidak terpakai. Kayu nibung dipilih karena kuat dan kokoh, juga tidak mudah lapuk walau terpapar air laut terus menerus. Ban bekas didapat dari kendaraan operasional PT KPI RU II.

Pada 2023-2024, Pertamina bersinergi dengan masyarakat sudah memasang APO sepanjang 150 meter. Tahun ini pemasangan APO ditargetkan bertambah sepanjang 286 meter.

Hasilnya, per tahun diperkirakan 451 meter persegi tanah masyarakat terlindungi dari potensi abrasi. Termasuk di dalamnya  empat rumah dan empat usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang berada di Kelurahan Mundam.

Iwed menambahkan, Pertamina juga melakukan menggalakkan aksi penanaman mangrove di sepanjang garis pantai. Pohon yang ditanam jenis mangrove api-api (Avicennia spp), yang dikenal cocok tumbuh di kondisi pantai berlumpur, hingga substrat dengan kadar garam tinggi.

Dari alat pemecah ombak juga mampu menambah 20% sedimentasi pesisir, menyerap karbon dari penanaman mangrove hingga 62,4 CO2eq serta 1064,670 kg CO2eq karena penyerapan limbah dari ban bekas. 

Bukan itu saja tahun 2024, Kilang Pertamina Dumai membangun dermaga nelayan sepanjang 200 meter. Dermaga itu memudahkan nelayan untuk melaut kapan saja.

“Bahan pembuatan dermaga sebagian besar menggunakan limbah kayu palet yang ada di Pertamina Kilang Dumai,” sambung Iwed.

Bagi nelayan Mundam, dermaga tersebut berdampak besar. Mereka tak lagi bergantung pasang tinggi untuk bisa melaut. Sekarang bisa pergi kapan saja, baik siang mau pun malam hari. Sehingga nelayan punya waktu lebih lama untuk menangkap ikan.

Tidak berhenti di situ, untuk meningkatkan kapasitas nelayan, Pertamina membantu dengan pemberian alat tangkap baru. Serta mengikutkan pelatihan vokasi berupa pelatihan mekanik kapal sehingga nelayan bisa memperbaiki kapal sendiri.

Kemandirian Usaha Nelayan
Menjadi nelayan tradisional juga berarti tidak bisa lepas dari hukum alam. Saat masuk musim angin utara pada November hingga Maret setiap tahun, nelayan “dipaksa” naik ke darat oleh alam.

Selama musim inilah cuaca buruk terjadi. Seperti gelombang tinggi dan angin kencang. Membuat mereka kesulitan untuk melaut dan menangkap ikan, bahkan mengancam nyawa. Ini menyebabkan musim paceklik, produktivitas nelayan menurun.

Makanya saat tidak melaut, nelayan lebih memilih memperbaiki perahu dan alat tangkap ikan. Sebagian dari mereka juga mencari pekerjaan di darat untuk menyambung hidup.

Seperti Azwan yang kini sibuk dengan budidaya ikan air tawar. Ia dan Mahadar bergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mundam Jaya. Kelompok ini beranggotakan 10 orang masyarakat Mundam yang kemudian mendapat bantuan pembuatan biofolk dari Kilang Pertamina Dumai.

Saat ini dua biofolk berisi bibit nila salin. Varietas nila ini dikenal memang adaptif untuk air payau, sehingga cocok menjadi budidaya unggulan masyarakat pesisir. Umumnya nila salin Sudah bisa dipanen dalam tiga sampai empat bulan. Ini sangat cocok untuk nelayan saat musim angin utara, tidak berani melaut. Sehingga nila salin yang dikelola KUB ini bisa menjadi tambahan penghasilan bagi anggota kelompok.

“Lumayan untuk tambah-tambah penghasilan. Yang penting kita tak menganggur,” kata Azwan.

panel surya.jpg
(PLTS off-grid dengan kapasitas panel surya yang dibangun Pertamina untuk kebutuhan energi biofolk yang dikelola KUB Mundam Jaya/foto-riki)

Untuk kebutuhan energi, Pertamina sekalian membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk KUB Mundam Jaya. PLTS off-grid dengan kapasitas panel surya 4,4 kWp dan baterai 5 kWh. Energi dari PLTS ini dipakai untuk mengaktifkan mesin aerator dan CCTV.

PLTS ini merupakan bagian dari program Desa Energi Berdikari (DEB) Pertamina, yang membantu memenuhi kebutuhan listrik untuk operasional lampu dermaga dan kolam bioflok. Selain itu, energi ramah lingkungan ini juga berkontribusi dalam penghematan biaya listrik hingga Rp 9,3 juta per tahun. Selain itu, penggunaan PLTS ini turut mendukung upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), dengan estimasi penurunan 5,52 ton CO2 per tahun.

Dengan semua fasilitas termasuk penyediaan Energi Baru Terbarukan (EBT) ini, Azwan berterima kasih kepada Perusahaan PT KPI RU II Dumai yang sudah membantu masyarakat. Ia juga berharap KUB ini bisa mandiri dan berdampak positif untuk masyarakat lainnya, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan bersama.

Sinergi Menjaga Masa Depan
Uluran tangan yang tulus dari Kilang Pertamina Dumai turut diapresiasi Lurah Mundam, Adi Aprianto. Baginya, kehadiran APO Lancang Kuning hasil inovasi Kilang Dumai menjadi solusi menghambat dan mencegah abrasi. Sampai saat ini, APO sudah berhasil membentuk sedimentasi tanah sekitar 50 sentimeter.

Termasuk dengan Corporate Social Responsibility (CSR) lainnya seperti pembuatan dermaga, bantuan alat tangkap, pelatihan budidaya air tawar sistem biofolk hingga pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) sudah banyak membantu pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat dan sekaligus menyelamatkan lingkungan.

"Tentunya kami berterima kasih kepada Pertamina. Berkat program-programnya bisa mengatasi persoalan-persoalan nelayan hingga lingkungan di wilayah sekitar pantai Mundam,” sebutnya.

Kehadiran Pertamina melalui “Serumpun Paman Bahari” yang merupakan bagian dari program Bedelau Minapolitan ini menjadi contoh nyata kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan swasta bisa terjalin dengan baik. Program yang lahir dari kepedulian terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat pesisir ini mengusung slogan “Dari Mereka, Untuk Mereka.” Bedelau Minapolitan hadir sebagai sistem perlindungan menyeluruh, mulai dari ekologi hingga sosial, dan ekonomi. Selain Kelurahan Mundam, program ini juga dilakukan di Kelurahan Tanjung Palas.

Area Manager Communication, Relations, & CSR RU II Dumai Subholding Refining & Petrochemical KPI, Agustiawan menegaskan, perusahaan komitmen untuk menjalankan praktik bisnis yang ramah lingkungan dan menjaga keanekaragaman hayati. Tentu saja berlandaskan prinsip-prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) dan sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDG’s).

Serta membantu terwujudnya Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dalam membangun desa dan kesejahteraan masyarakat. Juga turut serta mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) 2060, demi masa depan pembangunan dan energi yang berkelanjutan di Indonesia.

Maka tak heran, PT KPI RU II Dumai melalui dua unit operasinya, Kilang Dumai dan Kilang Sungai Pakning, Kabupaten Bengkalis, berhasil meraih penghargaan dalam CSR & Pengembangan Desa Berkelanjutan (PDB) Awards 2025 yang digelar di Hotel Bidakara Jakarta pada Selasa (30/9/2025).

Kilang Dumai meraih Silver Award lewat program Bedelau Minapolitan dengan nilai 84,75, sementara Kilang Sungai Pakning meraih Gold Award melalui program Budidaya Lebah Madu Hutan Gambut dengan nilai 90,00.

“Penghargaan ini menjadi bukti keberhasilan kolaborasi strategis dunia usaha dan masyarakat dalam mempercepat pembangunan desa, sekaligus mendukung prinsip ESG dan SDGs,” ujar Agustiawan.

Program Bedelau Minapolitan menghadirkan inovasi Alat Pemecah Ombak (APO) Lancang Kuning yang melindungi pantai Mundam sepanjang 150 meter serta meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Sementara program madu gambut di Sungai Pakning mendorong budidaya ramah lingkungan, produk olahan, hingga eduwisata Madu Biene, dengan peningkatan pendapatan kelompok mencapai Rp121,6 juta per tahun.

info-grafis-CSR-KPI-RU-Dumai-nelayan-mundam-halloriau.jpg
(Program CSR Kilang Pertamina Dumai Bedelau Minapolitan yang melindungi wilayah pesisir/infografis-riki)

Kilang Pertamina Dumai merupakan salah satu kilang strategis yang menopang 16,5 persen kebutuhan energi nasional. Sekaligus menjadi kebanggaan bagi masyarakat Kota Dumai dan Riau. Selain memberikan kontribusi terhadap pemenuhan pasokan energi, sebagai salah satu Perusahaan strategis di Kota Dumai, Kilang Pertamina Dumai juga secara konsisten menunjukkan wujud komitmen TJSL melalui berbagai aksi nyata kepada masyarakat serta pembangunan Dumai.

Sementara itu Walikota Dumai, Paisal, SKM, MARS mengatakan PT Kilang Pertamina Internasional RU II Dumai telah banyak berkontribusi nyata bagi masyarakat dan pembangunan Kota Dumai.

Kontribusi tersebut diwujudkan melalui pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang turut mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Dumai. Selain itu juga pelaksanaan program TJSL, penyelamatan lingkungan, penyaluran bantuan sosial untuk anak yatim, panti asuhan, dan rumah ibadah, serta aksi lainnya.

“Dengan adanya Pertamina, Dumai ini hidup. Kilang Pertamina telah memberikan banyak kontribusi bagi Kota Dumai, memberikan dampak positif bagi masyarakat,” kata Wako Paisal dalam pertemuan bersama Kilang Pertamina Dumai serta masyarakat yang berlangsung di Hotel Patra Dumai, Rabu (22/10/2025).

Ia berharap PT KPI terus berkomitmen agar setiap kegiatan operasi bisa terus memberikan asas manfaat bagi masyarakat dan Kota Dumai.

Dumai sebagai kawasan strategis di pesisir timur Pulau Sumatera memang memiliki potensi besar dengan perairan kaya sumber daya, jalur perdagangan internasional di Selat Malaka. Namun kita perlu mencamkan dengan menjaga alam, maka alam akan menjaga kita. Kolaborasi adalah kunci, untuk selamatkan masa depan anak cucu nanti. (*)



Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Cuaca Riau hari ini diprediksi cerah berawan.(ilustrasi/int)Cuaca Riau Hari Ini Cerah Berawan, Hujan Ringan Berpotensi di Beberapa Wilayah
Kajati Riau, Sutikno saat berkunjung ke DPRD Riau.(foto: fitri/halloriau.com)Kajati Riau Jalin Silaturahmi ke DPRD Riau, Siap Kolaborasi Penguatan Penegakan Hukum
Hearing Komisi I DPRD Pekanbaru terkait pemilihan RT/RW.(foto: mimi/halloriau.com)DPRD Pekanbaru Minta Pemko Cabut SE Terkait Pemilihan RT/RW dan Revisi Aturan Usia Calon
  Arista Group gelar Arista Expo 2025 di Mal SKA Pekanbaru.Target 150 Unit, Arista Expo 2025 Hadirkan Promo dan Hadiah Spektakuler
Penyaluran bantuan BRILiaN di Siak.(foto: sri/halloriau.com)BRI Salurkan Rp300 Juta untuk Dorong Kemajuan Desa BRILiaN Empang Baru di Siak
PT KPI RU II Dumai melalui program Serumpun Paman Bahri menginisiasi pembuatan dermaga, APO, dan penanaman mangrove (foto/riki)Serumpun Paman Bahri, Menjaga Asa di Pesisir Timur Sumatera
Komentar Anda :

 
Potret Lensa
Konsolidasi Kesiapsiagaan Personel dan Peralatan Pengendalian Kebakaran Hutan di Riau dan Sumbar
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2025 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved