KUANSING - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah pusat kembali menuai sorotan di Kabupaten Kuansing.
Setelah sebelumnya muncul kasus keracunan di sejumlah daerah, kini warga Kuansing diresahkan dengan kabar dugaan penggunaan lemak babi pada makanan omprengan yang dibagikan kepada siswa.
Kekhawatiran itu kian besar lantaran mayoritas masyarakat Kuansing beragama Islam. Orangtua murid pun menuntut pengawasan ketat agar distribusi MBG berjalan sesuai aturan, aman, halal, dan higienis.
Wakil Bupati Kuansing, Muhklisin menegaskan, perlunya evaluasi terhadap skema pelaksanaan MBG. Ia bahkan mengusulkan agar program tersebut tidak lagi berupa makanan siap saji, melainkan dalam bentuk bantuan uang tunai kepada orangtua siswa.
“Lebih baik diberikan uang tunai kepada orangtua. Uang itu bisa dipakai untuk membeli bahan makanan bergizi sebagai bekal anak-anak di sekolah,” ujar Muhklisin.
Meski demikian, Muhklisin mengingatkan bahwa penerapan sistem uang tunai harus disertai pengawasan ketat. Para guru bersama ahli gizi diminta untuk memeriksa bekal siswa setiap hari agar kandungan gizinya sesuai standar.
“Masyarakat yang belum mendapat MBG saja berusaha membawakan bekal terbaik untuk anak-anaknya, apalagi kalau diberi uang tunai. Tugas kita memastikan bekal itu bergizi dan aman,” tegasnya.
Menurut Muhklisin, tujuan utama program MBG adalah memastikan kecukupan gizi anak sekolah. Karena itu, distribusi makanan tidak boleh sembarangan.
“Orangtua pasti akan memperhatikan bahan gizi, keamanan, dan kebersihan bekal untuk anak-anaknya. Itu yang harus dijaga,” tambahnya.
Hingga kini, belum ditemukan kasus keracunan akibat MBG di Kuansing. Namun, isu penggunaan lemak babi di daerah lain membuat warga setempat semakin waspada.
“Saya sudah berulangkali mewanti-wanti pihak PSSG MBG agar memperhatikan kualitas makanan. Jangan sampai ada kasus keracunan di Kuansing. Apalagi kabar penggunaan lemak babi di omprengan jelas sangat meresahkan masyarakat,” tutupnya.