JAKARTA - Nama Abu Salamah bin Abdul Asad tercatat sebagai salah satu sahabat Nabi Muhammad yang dikenal karena keimanan, keberanian, dan keteguhan dalam perjuangan menegakkan Islam.
Sosoknya bukan hanya pejuang di medan jihad, tetapi juga simbol kesetiaan dan pengorbanan dalam sejarah awal umat Islam.
Dalam Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi karya Muhammad Raji Hassan, disebutkan bahwa nama asli Abu Salamah adalah Abdullah bin Abdul Asad al-Makhzumi. Ia mendapat julukan Abu Salamah dari nama anak pertamanya, Salamah.
Sejak awal dakwah Islam disampaikan, ia termasuk golongan As-Sabiqun Al-Awwalun, yakni orang-orang pertama yang beriman kepada Rasulullah.
Bersama istrinya, Ummu Salamah Hindun binti Abi Umayah, Abu Salamah menghadapi tekanan berat dari kaum Quraisy karena keislaman mereka.
Namun, keduanya tetap teguh mempertahankan iman, bahkan memilih berhijrah ke Habasyah (Ethiopia) demi bisa beribadah dengan aman. Di negeri itu pula anak pertama mereka lahir, sebelum akhirnya kembali ke Mekkah.
Ketika perintah hijrah ke Madinah datang, Abu Salamah kembali menunjukkan ketaatannya. Meskipun harus berpisah dari istri dan anak karena dihalangi kaumnya, ia tetap melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Perpisahan panjang itu baru berakhir setelah Ummu Salamah dan putranya berhasil menyusul ke Madinah setahun kemudian.
Abu Salamah tercatat sebagai salah satu komandan perang terpercaya Rasulullah. Ia ikut serta dalam Perang Badar dan Perang Uhud, dua pertempuran besar dalam sejarah Islam.
Dalam Perang Uhud, Abu Salamah menderita luka berat akibat pertempuran sengit melawan pasukan Quraisy. Luka itu tidak kunjung sembuh hingga membuatnya menderita cukup lama. Namun, semangat juangnya tak pernah padam.
Rasulullah bahkan mempercayainya untuk memimpin 150 pasukan muslim dalam menghadapi ancaman Bani Asad bin Khuzaimah, yang saat itu tengah merencanakan serangan rahasia ke Madinah.
Dengan strategi matang dan kepemimpinan tegas, Abu Salamah berhasil menggagalkan rencana tersebut.
Kemenangan itu terjadi pada bulan Muharram tahun ke-4 Hijriah, menegaskan reputasinya sebagai sosok pejuang sejati. Namun, luka lama dari Perang Uhud akhirnya kambuh parah hingga merenggut nyawanya pada bulan Jumadil Akhir tahun ke-4 Hijriah.
Abu Salamah wafat dalam keadaan syahid, meninggalkan istri dan empat anak, termasuk Zainab, yang masih dalam kandungan saat itu.
Rasulullah kemudian menikahi Ummu Salamah, memberikan perlindungan dan penghormatan bagi keluarga sahabat setianya itu.
Kisah hidup Abu Salamah bin Abdul Asad adalah potret keteguhan iman dan pengorbanan tanpa pamrih. Ia bukan hanya sahabat yang berjuang di medan perang, tetapi juga seorang suami dan ayah yang berpegang teguh pada keimanan hingga akhir hayat.
Teladan keberaniannya menjadi pelajaran abadi bagi umat Islam, bahwa iman sejati menuntut kesabaran, keikhlasan, dan pengorbanan di jalan Allah.