JAKARTA - Nama Waraqah bin Naufal tercatat sebagai salah satu figur penting dalam fase paling awal risalah Islam.
Ia dikenal sebagai orang pertama yang membenarkan kenabian Nabi Muhammad setelah peristiwa turunnya wahyu pertama di Gua Hira.
Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza merupakan kerabat dekat Sayyidah Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah, yang merupakan sepupu Khadijah dari jalur ayah.
Dalam literatur sirah klasik, Waraqah dikenal sebagai sosok berilmu yang telah mempelajari kitab-kitab terdahulu dan menganut ajaran Nasrani pada masa Jahiliyah.
Dalam kitab Sirah Nabawiyah: Menelusuri Jejak Kehidupan Rasulullah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri disebutkan, Waraqah memiliki kemampuan menulis dalam bahasa Ibrani dan memahami isi kitab Injil dalam bahasa aslinya.
Pengetahuannya yang luas membuatnya menjadi rujukan di kalangan Quraisy ketika muncul berbagai fenomena keagamaan.
Peran krusial Waraqah terjadi sesaat setelah Nabi Muhammad menerima wahyu pertama berupa Surah Al-Alaq ayat 1-5 melalui Malaikat Jibril di Gua Hira.
Dalam keadaan gemetar dan diliputi ketakutan, Rasulullah kembali ke rumah dan meminta Khadijah untuk menyelimutinya.
Melihat kondisi sang suami, Khadijah kemudian membawa Nabi Muhammad menemui Waraqah bin Naufal guna meminta penjelasan atas peristiwa luar biasa tersebut.
Di hadapan Waraqah, Rasulullah menceritakan secara rinci pengalamannya.
Mendengar kisah itu, Waraqah bin Naufal memberikan kesaksian yang menjadi tonggak sejarah awal Islam.
“Demi Dzat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya. Sesungguhnya engkaulah Nabi umat ini. Engkau telah didatangi an-Namus al-Akbar yang pernah datang kepada Musa. Kaummu akan mendustakanmu, menyakitimu, mengusirmu, bahkan akan memerangimu,” ujar Waraqah.
Rasulullah pun bertanya dengan penuh keheranan, “Apakah mereka benar-benar akan mengusirku?”
Waraqah menjawab, “Benar. Tidak ada seorang pun yang membawa seperti apa yang engkau bawa melainkan akan dimusuhi. Seandainya aku hidup hingga masa itu, niscaya aku akan menolongmu dengan sekuat tenaga.”
Tak lama setelah peristiwa tersebut, wahyu Allah mulai turun secara berangsur-angsur kepada Rasulullah, menandai dimulainya fase dakwah Islam.
Waraqah bin Naufal wafat tidak lama setelah pertemuannya dengan Nabi Muhammad. Ia meninggal dunia pada masa fatrah al-wahyu, yakni periode terhentinya wahyu untuk sementara waktu.
Meski tidak sempat terlibat langsung dalam perjuangan dakwah Rasulullah secara fisik, kesaksiannya di awal kenabian menjadi penopang mental dan spiritual yang sangat penting bagi Rasulullah dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Peran Waraqah bin Naufal kemudian dikenang sebagai sosok saksi kebenaran yang menguatkan risalah Islam sejak detik pertamanya.