Warga di Rangsang Kepulauan Meranti Iris Urat Nadi Tangannya Hingga Tewas, Dipicu Depresi Karena Sakit Menahun
SELATPANJANG - Angin dari laut siang itu membawa aroma asin, menggoyang pelan daun-daun di pekarangan rumah-rumah sederhana. Tapi di salah satu rumah kecil di Jalan Panglima Kamal, RT 002/RW 002, Desa Telesung, Kecamatan Rangsang Pesisir, ketenangan itu berubah jadi duka mendalam.
Teriakan histeris seorang perempuan memecah siang yang lengang. Ia adalah istri dari seorang pria paruh baya yang baru saja ditemukan tak bernyawa di dalam rumahnya sendiri—dengan tangan kiri berlumur darah dan sebuah pisau tergeletak tak jauh dari tubuhnya. Dimana ia dikabarkan mengakhiri hidupnya dengan cara menyayatkan urat nadi tangan kirinya dengan pisau.
Tak butuh waktu lama, kabar duka itu menyebar ke warga sekitar. Beberapa tetangga datang tergesa, mencoba menguatkan sang istri yang nyaris tak mampu berdiri. Wajahnya pucat pasi, matanya sembab, tangisnya pecah di tengah kepanikan.
Tak ada tanda perlawanan, tak ada keributan sebelumnya. Yang tertinggal hanyalah keheningan dan sisa air mata yang membasahi lantai rumah kayu itu.
Menurut Kapolsek Rangsang, Ipda Dominikus Turnip, pria tersebut diduga mengakhiri hidupnya sendiri. Ia dikabarkan sudah lama menderita sakit menahun yakni radang tenggorokan dan sakit maag kronis yang tak kunjung sembuh. Keterangan dari keluarga dan saksi-saksi mengungkap bahwa korban sebelumnya pernah mencoba melakukan hal serupa namun berhasil dicegah.
“Depresi karena penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh membuat korban putus asa. Dugaan kuat ini kami dasarkan dari keterangan keluarganya,” ujar Kapolsek, Jum'at (25/4/2025).
Peristiwa itu diketahui sekitar pukul 11.00 WIB, setelah sang istri menemukan tubuh suaminya dalam kondisi mengenaskan dan segera melapor kepada aparat desa dan Bhabinkamtibmas. Polisi bersama tim medis segera tiba di lokasi.
Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kekerasan. Pihak keluarga, dalam kesedihan mereka, menolak autopsi dan menandatangani surat pernyataan bahwa mereka menerima kejadian ini sebagai musibah.
Kapolsek Turnip menyampaikan pesan penting kepada seluruh masyarakat, bahwa siapa pun yang menghadapi masalah—terutama kesehatan dan psikis perlu berbicara, terbuka, dan mencari bantuan. Sehingga pihak keluarga maupun pihak lain akan memberikan solusi terbaik.
"Apa pun alasannya, bunuh diri bukan jalan keluar. Dalam agama pun, ini tidak dibenarkan," tegasnya.
Ia mengajak masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih terbuka dan suportif terhadap orang-orang yang mengalami tekanan mental atau penderitaan fisik berkepanjangan.
Ini adalah kasus bunuh diri kedua di wilayah Rangsang dalam tahun 2025. Kasus sebelumnya diduga dipicu persoalan hutang. Dua kejadian dalam hitungan bulan—dua nyawa yang hilang dalam sunyi.
Berita ini bukan untuk menginspirasi, namun sebagai pengingat bahwa luka mental bisa bersembunyi dalam diam. Jika kamu atau orang di sekitarmu mengalami tekanan batin, rasa putus asa, atau gejala depresi, segeralah mencari bantuan profesional. Psikolog, psikiater, keluarga, teman—semua bisa menjadi cahaya di ujung lorong gelap yang sedang kamu lalui.
Penulis : Ali Imroen
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :