www.halloriau.com


BREAKING NEWS :
KNPI Pekanbaru Ajak Pemuda Bersinergi dengan Pemerintah Wujudkan Pembangunan
Otonomi
Pekanbaru | Dumai | Inhu | Kuansing | Inhil | Kampar | Pelalawan | Rohul | Bengkalis | Siak | Rohil | Meranti
 


Pompa Angguk LR03; Napas Panjang Denyut Energi dari Tanah Riau
Selasa, 28 Oktober 2025 - 12:04:19 WIB
Pompa angguk tua LR3 bersejarah yang berada di Desa Seko Lubuk Tigo, Kecamatan Lirik.
Pompa angguk tua LR3 bersejarah yang berada di Desa Seko Lubuk Tigo, Kecamatan Lirik.

Oleh: Andy Indrayanto

"Boran Pertama Yang Mengubah Jalan Sejarah Kelompok Manusia.
Di Bor Oleh NKPM Pada Tanggal 15 September 1939."


Siang yang gerah. Debu-debu kering menyapu lapangan di Desa Seko Lubuk Tigo, Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu). Nun di sana, di ujung hamparan tanah di batas hutan, sebuah monumen marmer setinggi dada terlihat kusam dikelilingi kawat pagar yang tiangnya berkarat kehitaman. 

Ia terbungkus sepi dan panas yang menyengat. Di belakang monumen, pompa angguk tua LR03 diam tak bergerak, seolah bosan mematuk perut bumi. Terdiam renta, bagai laki-laki tua tak punya daya tersisih waktu. 

Langit siang Lirik yang membara di pertengahan Oktober itu, panasnya menerpa rangkaian huruf di atas marmer yang sudah kabur tergerus usia. Ejaannya tak jelas. Di sana-sini, cat hitam sebagai penanda barisan kalimat yang menjadi pembuka tulisan di atas, mengelupas tergilas waktu. 

Di kelebatan sawit yang berada persis di belakang monumen marmer yang menjadi penanda titik awal sejarah eksplorasi minyak di tanah Melayu, terlihat gundukan batu-bata sisa tangsi atau perkantoran para pekerja zaman Belanda. 

Tak ada bekas tersisa sama sekali, yang menyiratkan kebesaran dan kejayaan perkantoran LR3 di masa lampau. Cuma gundukan batu bercampur lumut dan tanah yang nyaris membungkus jejak-jejak bersejarah itu.

Tokoh masyarakat Desa Seko Lubuk Tigo, Lirik, Jumaris, saat menceritakan kejayaan pompa angguk LR3.(1)

"Saya masih ingat betul cerita datuk-datuk saya tentang pompa LR3 yang merubah peradaban di Lirik ini," kenang Jumaris (68), tokoh masyarakat Desa Seko Lubuk Tigo, Kecamatan Lirik, Kabupaten Inhu, mulai bercerita pada penulis, pertengahan Oktober lalu.

Meski ingatannya tak sepenuhnya sempurna dimakan usia, namun bibir Jumaris masih lancar menceritakan masa-masa keemasan Lirik. Ia mengenang, di era 1970-an, jalan di depan rumahnya begitu halus karena sering disiram minyak mentah dari perusahaan pengelola ladang migas setempat. 

Kala itu, ladang minyak di Lirik masih dikelola PT Stanvac Indonesia (PTSI), jauh sebelum hadirnya Blok Japura yang kini dikelola Pertamina EP Asset 1 Lirik Field.

"Saya masih ingat, waktu itu artis-artis Ibu Kota seperti Bing Slamet, Henny Purwonegoro, sampai Ateng-Iskak sering datang menghibur masyarakat Lirik saat perusahaan merayakan hari jadinya," kenangnya, tersenyum.

Kehadiran pompa angguk LR03 di Lirik membawa perubahan besar bagi ekonomi masyarakat di daerah tersebut. Dari bawah perut bumi LR03, dihasilkan jutaan barrel minyak yang mengalir ke perusahaan hingga otomatis meningkatkan gairah ekonomi serta pembangunan di wilayah ini. 

Dua Perwira Pertamina, Asisten Manager Lirik Petroleum Engineer Agung Gunarto dan Jr Staff Laboratory, Fani Gustiani, saat menjelaskan manfaat & penggunaan stimulasi Paralax

Berbagai fasilitas modern kala itu bermunculan di Kecamatan Lirik, seperti RS Stanvac, Bandara Japura, hingga kompleks perumahan karyawan dengan listrik dan air bersih yang semua berawal dari keberadaan ladang minyak ini.

"Ekonomi pun bergairah dan berputar cepat karena banyak masyarakat sini dan di luar Lirik yang terserap dalam perusahaan yang dulu bernama PT. Stanvac Indonesia," kata laki-laki yang rambut di dagunya hampir memutih semua ini.

Mata Jumaris kembali menerawang, seolah-olah laki-laki asal Desa Seko Lubuk Tigo itu tengah mengumpulkan kembali serpihan kenangan yang masih tersisa dalam ingatannya. Katanya, dirinya merasakan benar berbagai fasilitas kenyamanan saat menjadi anak karyawan dari PTSI. 

Di tahun 70-an itu, dimana kondisi kehidupan masih terasa susah namun karena orangtua angkatnya bekerja sebagai karyawan PTSI bagian listrik, membuat kondisi sulit itu tak dirasa oleh Jumaris kecil.

"Bapak angkat saya, almarhum Bujang Preman, bekerja di PTSI bagian listrik. Kami tidak perlu bayar listrik dan air. Kalau mau mandi di kolam renang, tinggal pilih, ada di Is Doli untuk anak-anak karyawan dan LRC untuk anak-anak staf. Zaman itu luar biasa," Jumaris tertawa kecil hingga barisan gigi depannya yang utuh, terlihat jelas saat bicara barusan. Seolah kenangan indah masa kecilnya itu terpampang di depan matanya.

Laki-laki yang lahir di tahun 1957 ini memang tengah tenggelam ke masa silam, saat penulis mengupas kenangan soal pompa angguk LR3 di masa jayanya. Kenangannya membawa kembali suasana masa lampau. 

Ia bercerita, dengan adanya LR03, Desa Seko Lubuk Tigo konon menjadi cikal bakal terbentuknya Kecamatan Lirik. Bahkan nama “Lirik” sendiri berasal dari kata “Liyik”, sejenis daun besar beraroma wangi yang dulu digunakan untuk membungkus nasi para petani.

“Dulu ada orang asing tanya nama daun itu, dan dijawab ‘daun Liyik’. Karena lidah mereka susah menyebutnya, akhirnya berubah jadi ‘Lirik’. Dari situlah nama ini muncul,” kisah Jumaris.

Di tahun-tahun kejayaannya, Lirik ibarat gadis remaja yang siap dipinang sehingga berdatanganlah para pemuda dari berbagai penjuru daerah ke kota ini, mencoba peruntungan. Bisa dibilang, di tahun 70-an, kota Lirik menjadi kota gemerlap dilimpahi dolar dan rupiah.

“Meskipun ramai dan ekonomi maju namun suasananya tetap aman. Penduduk asli dan pendatang hidup rukun. Tak ada kejahatan besar,” tambahnya lirih, seolah merindukan masa itu kembali.

Berbagai kisah dan cerita yang berserak dibenak Jumaris, siang di pertengahan Oktober itu seolah kembali menyatu. Meski kini LR03 tetap berdiri kokoh namun lebih sebagai saksi bisu sejarah ketimbang mesin produksi. Monumen marmer di sampingnya hanya bisa tegak menjaga warisan sejarah eksplorasi di Riau.

Jurnalis Inhu & Pelalawan photo bersama usai mendengarkan pemaparan stimulasi paralax dari Perwira Pertamina Field Lirik.

"Dulu, lokasi LR3 jadi tempat wisata jika hari Minggu atau liburan tiba. Pompa angguk LR3 jadi obyek favorit masyarakat Lirik di tahun 70-an," ujarnya, sedikit terkekeh.

Menurut catatan Wikipedia, Lirik merupakan salah satu wilayah pertama di Indonesia yang sengaja dibuka untuk eksplorasi minyak oleh perusahaan asing sejak awal 1950-an. Tempat ini dulu hanyalah hamparan belantara yang menyimpan cadangan minyak di bawah permukaannya.

Mengutip data resmi PT Pertamina EP Asset 1 Lirik Field disebutkan, perjalanan panjang pengelolaan ladang minyak di Lirik dimulai sejak 1925, saat Standard Oil of New Jersey dan Nederlandse Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM) bekerja sama melakukan pengeboran. September 1939, sumur LR03 menjadi yang pertama kali berhasil menghasilkan minyak setelah dua sumur sebelumnya gagal menemukan cadangan.

“Tahun 1945, pengelolaan diambil alih oleh NV. Standard Vacuum Petroleum Maatschappij (Stanvac). Empat tahun kemudian ditemukan struktur baru seperti Ukui, Andan, dan Pulai,” jelas Field Manager Pertamina EP Lirik, Luqman Arif. 

Kemudian di tahun 1959, Stanvac beralih menjadi PT Stanvac Indonesia dan pada 1963 mulai ditandatangani kontrak kerja sama dengan Pertamina. 

Dua puluh tahun kemudian, pengelolaan lapangan Lirik resmi diserahkan sepenuhnya kepada Pertamina mencakup 10 struktur utama seperti Molek, Sago, Belimbing dan Ukui  tanggal 28 November 1983.

“Di tahun 1991 dibentuk Joint Operating Body (JOB) antara Pertamina dan PT Lirik Petroleum. Tahun 2009, Pertamina mulai mengelola Blok Japura lalu pada 2013, organisasi berubah menjadi Pertamina EP Asset 1 Lirik Field seperti yang berjalan hingga sekarang,” papar Luqman.

Produksi LR03 pernah mencapai 115,8 barel per hari (BOPD) di tahun 1969, sebuah angka yang cukup besar untuk sumur pada masa itu. Namun kini, produksinya hanya sekitar 8 BOPD, bahkan sempat dihentikan sementara karena dianggap tidak ekonomis.

“LR03 pernah ingin dijadikan monumen perminyakan oleh Pertamina. Tapi pada 1997 sempat diinjeksikan kembali sehingga bisa berproduksi hingga sekarang,” tambahnya.

Meski kini status pompa angguk LR03 sendiri statusnya OFF namun pompa-pompa angguk di lapangan tua Lirik belum sepenuhnya mati. Di balik kejayaan masa lalu pompa angguk yang menua seiring zaman, muncul upaya baru menjaga denyut energi melalui inovasi bernama Paralax.

Stimulasi Paralax; Inovasi Perwira Pertamina Field Lirik Menjaga Energi di Lapangan Tua  

Dalam kesendirian yang panjang dan sunyi, pompa-pompa angguk yang berada di Lapangan tua Lirik semakin renta seiring zaman yang turut menua. Seperti manusia tua yang termakan usia, begitu juga pompa-pompa di lapangan tua Lirik alami produksi yang menurun. 

Dikutip dalam booklet Profil Perusahaan Pertamina Hulu Rokan Regional 1 - Sumatera, diceritakan jika Lapangan Lirik merupakan salah satu lapangan tua. Ia mengalami penurunan produksi yang terkenal dengan High Pour Point Oil (HPPO) atau high viscosity. Banyaknya endapan organik seperti wax (parafin) dan asphaltene sehingga menyumbat aliran sekitar sumur.

Meski begitu, Pertamina EP Asset 1 Lirik Field tak pernah berhenti berinovasi dalam upaya menjaga keberlanjutan energi dari lapangan tua di Lirik. 

Di bawah pengelolaan para Perwira Pertamina EP Field Lirik, penerapan stimulasi Paralax dilakukan mereka. Dalam hal ini, PEP Field Lirik berhasil melakukan problem-solution fit guna mengidentifikasi masalah congeal oil dengan pendekatan kerjasama melalui pihak ketiga menggunakan produk Paralax. 

"Ini terjadi karena adanya endapan lilin (wax) di dalam reservoir karena kandungan senyawa SARA (Saturated, Aromatic, Resin, Asphaltene) dalam minyak mentah. Untuk mengatasinya, Field Lirik bekerja sama dengan pihak ketiga menggunakan produk bernama Paralax. Dan tim berhasil menstimulasi sumur-sumur tua agar kembali berproduksi lebih baik,” beber Luqman. 

Dikatakannya, penggunaan Paralax sendiri bermanfaat mengatasi kerusakan organik seperti penyumbatan akibat endapan wax dan asphaltene, meningkatkan produksi dalam skala luas dan memulihkan sumur yang produksinya menurun.

"Masalah utama sumur yang kurang berproduksi di Lirik sering disebabkan oleh congeal oil. Penggunaan Paralax sudah dilakukan di beberapa sumur dan hasilnya dipantau melalui uji laboratorium sebelum dan sesudah,” ujarnya.

Diakuinya, kalau penggunaan Paralax dilakukan secara disiplin dan efektif maka potensi peningkatan produksi bisa lebih besar dan berdampak luas bagi produksi minyak nasional. Field Lirik juga tengah berupaya mengidentifikasi lebih banyak sumur yang underperforming agar bisa dilakukan treatment lanjutan.

“Sudah ada sembilan (9) sumur di Lirik yang menggunakan stimulasi Paralax, dengan peningkatan produksi antara 3 hingga 27 barel per hari (BOPD). Durasi penggunaan Paralax di tiap sumur berbeda, dan sejauh ini belum ada sumur yang mendapatkan perlakuan kedua,” ucapnya.

Katanya, sumur yang paling lama memakai Paralax sudah lebih dari setahun dan sampai saat ini masih  berproduksi dengan baik. Sementara disinggung soal alasan pompa angguk LR03 belum digunakan stimulasi paralax agar bisa diproduksi kembali minyak dan mengulang kembali  kejayaan migas di Lirik, Lukman menyebutkan pompa angguk LR03 di lapangan itu masih berfungsi namun saat ini dimatikan karena produksi dari sumur tersebut dinilai tidak ekonomis.

“Tim dari Field Lirik saat ini tengah melakukan evaluasi potensi bawah permukaan sebelum sumur itu kembali diaktifkan,” kata Lukman seraya mengatakan bahwa pihaknya memprioritaskan penggunaan Paralax pada sumur yang masih aktif dan punya potensi peningkatan produksi.

Tak hanya peningkatan produksi minyak saja yang menjadi tanggungjawab mereka, seiring itu aspek sosial juga menjadi bagian penting dari strategi ketahanan energi. Pertamina EP Asset 1 Lirik Field menjalankan berbagai program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), termasuk bidang literasi, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi.

"Kami ingin masyarakat tumbuh bersama kami. Karena energi tidak akan bermakna tanpa kesejahteraan manusia di sekitarnya," tambahnya.

Dan di Desa Seko Lubuk Tigo, Pertamina mendukung kegiatan literasi dengan adanya Pertamina Mengajar, juga Program Gerakan Anak Sehat No Stunting (GANSING) . Ini artinya, semangat yang dahulu lahir dari LR03 kini diteruskan dalam bentuk yang lebih luas, bukan melulu soal minyak melainkan ilmu dan kesehatan bagi masyarakat tempatan.

Bagi masyarakat Lirik, pompa LR03 bukan sekadar benda besi yang naik-turun di tengah kebun sawit. Ia adalah simbol perjuangan dan kemajuan karena dari sana lahir cerita, harapan, dan masa depan. Pompa LR03 di Lirik seolah seperti mengingatkan bahwa perjalanan panjang cerita migas di tanah Riau berasal dari Kecamatan Lirik, Kabupaten Inhu.  

Pompa tua LR03 kini masih berdiri kokoh di Desa Seko Tigo, Kecamatan Lirik, Kabupaten Inhu. Meski dentumannya terhenti namun ia tlah menjadi saksi sejarah zaman yang berganti: dari masa kolonial hingga era digital, dari tangan asing ke tangan anak negeri. Dari tanah Seko Lubuk Tigo yang sunyi lalu hiruk-pikuk kembali hening, lahirlah kisah panjang energi nasional di bumi Melayu. 

Walau tak sedigdaya dulu, para perwira Pertamina Field Lirik tetap semangat melakukan berbagai inovasi dan upaya agar energi dari lapangan tua di bumi Lirik terus berdenyut dan berproduksi di tanah Riau. Semoga!*



Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda)


BERITA LAINNYA    
Ketua KNPI Kota Pekanbaru, Faisal Islami (foto/int)KNPI Pekanbaru Ajak Pemuda Bersinergi dengan Pemerintah Wujudkan Pembangunan
Walikota Pekanbaru, Agung Nugroho (foto/tata)Walikota Agung Nugroho Pastikan Pemilihan Ketua RT/RW Digelar Desember
Harga TBS sawit plasma turun.(ilustrasi/int)Harga TBS Sawit Plasma di Riau Pekan ini Jeblok jadi Rp3.653,60/Kg
Ketua DPD PDI Perjuangan Riau, Kaderismanto.(foto: fitri/halloriau.com)DPP Tunda Konferda DPD PDI Perjuangan Riau, Kaderismanto: Kami Siap Jalankan Arahan Partai
Founder dan CEO Twimbit, Manoj Menon bersama President Director dan CEO Indosat, Vikram Sinha saat peluncuran Empowering Indonesia Report 2025.(foto: istimewa)Indosat dan Twimbit Dorong Kedaulatan AI untuk Wujudkan Indonesia Berpenghasilan Tinggi 2038
  Warga di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar kini memanfaatkan biogas dari limbah kotoran sapi untuk memasak (foto/diana)Dulu Bau, Kini Jadi Cahaya Kehidupan: PHR Ubah Limbah Sapi Jadi Energi dan Pendapatan Warga Mukti Sari
Tanoto Foundation akan menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama jurnalis di Pekanbaru (foto/diana)Tanoto Foundation Ajak Media Dorong Literasi dan Numerasi di Riau
Harga TBS sawit swadaya Riau pekan ini turun.(ilustrasi/int)Harga TBS Sawit Swadaya Riau Turun Tipis Pekan ini, Harga Kernel Anjlok jadi Pemicu
Nongkrong di Warkop Saat Jam Dinas, ASN Riau Kena Razia Satpol PP (foto/ist)Lagi, Belasan ASN Terjaring Razia Satpol PP Riau Saat Nongkrong di Jam Kerja
Pompa angguk tua LR3 bersejarah yang berada di Desa Seko Lubuk Tigo, Kecamatan Lirik.Pompa Angguk LR03; Napas Panjang Denyut Energi dari Tanah Riau
Komentar Anda :

 
 
 
Potret Lensa
Konsolidasi Kesiapsiagaan Personel dan Peralatan Pengendalian Kebakaran Hutan di Riau dan Sumbar
 
 
Eksekutif : Pemprov Riau Pekanbaru Dumai Inhu Kuansing Inhil Kampar Pelalawan Rohul Bengkalis Siak Rohil Meranti
Legislatif : DPRD Pekanbaru DPRD Dumai DPRD Inhu DPRD Kuansing DPRD Inhil DPRD Kampar DPRD Pelalawan DPRD Rohul
DPRD Bengkalis DPRD Siak DPRD Rohil DPRD Meranti
     
Management : Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Kode Etik Jurnalistik Wartawan | Visi dan Misi
    © 2010-2025 PT. METRO MEDIA CEMERLANG (MMC), All Rights Reserved